Wednesday, July 30, 2008

Masturbasi Pertamaku

Nama asli saya bukan Vita, tetapi karena Arthur sudah memakai nick name itu untuk saya, ya saya tetap pakai nama Vita saja. Tinggi saya 168 cm, putih, rambut sebahu, dan sejak SMP orang-orang bilang saya mirip sekali dengan peragawati Donna Harun. Awalnya saya bangga dibilang begitu karena mirip peragawati tetapi lama kelamaan saya menjadi segan.

Pernah bulan lalu, mungkin karena saking miripnya dengan si Donna, seorang wartawan Infotainment melihat saya sedang Jalan-jalan di Plaza Senayan dan ia langsung menghampiri saya dan menanyakan sesuatu tentang fashion. Saya awalnya terheran-heran tetapi langsung saya bilang, “Salah orang, Mas!” hehehe..

*****

Saya suka sekali masturbasi. Sejak SMP gairah seks saya tinggi sekali. Tetapi saya bisa meredam gejolak seks saya. Saya dibesarkan di lingkungan keluarga yang taat beragama. Pertama kali masturbasi terjadi ketika saya sudah lulus SMP. Waktu itu saya dan teman-teman (laki dan perempuan) sedang nongkrong di rumah teman setelah seharian mengurus STTB.

Si Harry datang dan membawa sebuah kaset video porno dan langsung menyetel film itu di rumah temanku. Kami semua langsung menonton. Saya sendiri baru pertama kali menonton film porno dan ada perasaan jijik dan bergairah. Setelah selesai menonton film, kami pun pulang ke rumah. Karena saya membawa mobil sendiri, saya mengantar Harry dan 3 orang teman ke halte bis terdekat.

Setiba di rumah, saya memarkir mobil di garasi lalu sebelum keluar dari mobil perhatian saya tertuju pada kaset video yang tergeletak di jok mobil bagian belakang. Rupanya kaset itu terjatuh dari tas Harry. Segera saya masukkan video itu ke tas saya lalu saya langsung masuk kamar. Saat itu sudah jam 21:30, kedua orang tuaku sudah tidur.

Saya bergegas mandi lalu mengganti baju. Setelah itu dengan deg-degan, saya memutar film porno itu di kamar saya karena kebetulan saya punya TV dan video player sendiri. Dengan penuh minat, saya perhatikan adegan-adegan ML, saya perhatikan bentuk kelamin pria dan wanita. Saya bisa lebih santai melihatnya dibandingkan tadi sore karena malu apabila terlihat terlalu serius.

Ada satu adegan dimana si wanita sedang rebahan di tempat tidur dalam keadaan telanjang. Si wanita memainkan jarinya di selangkangan dan payudaranya sambil mendesah dengan penuh nikmat. Saya menjadi penasaran untuk mencoba. Saya selipkan tangan kananku ke dalam celana dalamku lalu meraba vagina. Saya tidak merasakan kenikmatan. Kemudian saya perhatikan si wanita itu membuka bibir vaginanya. Saya lalu mencoba membuka bibir vaginaku dengan jari telunjuk dan jari tengah lalu tangan kiriku mulai mengusap vaginaku. Sontak tubuhku langsung seperti disetrum.

Saya merasakan sebuah kenikmatan yang luar biasa. Saya mencoba memainkan klitoris. Saya elus, putar dan pilin. Oh nikmatnya! Nafas saya mulai mendesah-desah kenikmatan seperti si wanita itu. Akhirnya saya langsung membuka semua bajuku dan tidur telanjang bulat di tempat tidur. Kembali tangan kananku memainkan klitoris sedangkan tangan kiriku meremas-remas payudaraku yang saat itu berukuran 34A. Rasanya seperti mengawang di surga. Nikmatnya tiada tara.

Saya mulai mempercepat gerakan jariku di klitoris, semakin cepat hingga akhirnya tubuhku seperti kembali disengat listrik. Tubuhku mengejang. Ada rasa lega yang tidak bisa saya lukiskan. Vagina dan selangkanganku basah dengan cairan. Saya merasakan si wanita di film itu juga merasakan hal yang sama dengan saya. Si wanita itu menjilat jarinya yang basah oleh cairan dari vaginanya. Saya mencoba menjilat jariku, rasanya sedikit asin. Setelah masturbasi pertama itu, saya tertidur dengan nyenyak. Sekitar jam 3 pagi, saya terbangun dan kembali hasrat seks saya bangkit kembali dan saya kembali bermasturbasi.

Semenjak itu, saya senang sekali bermasturbasi hingga saya pertama kali ML seperti yang sudah diceritakan dalam “Arthur: Vita & Seks Pertama”. Umumnya saya masturbasi hanya dengan tangan. Saya mencoba memakai ketimun tetapi kurang bisa saya nikmati karena terasa aneh di vaginaku.

Pada waktu saya kelas 1 SMA di tahun 1990, ada sebuah long weekend karena ada hari libur nasional yang jatuh pada hari Sabtu. Orang tua saya meminta saya untuk menemani mereka ke Singapore untuk check up. Akhirnya berangkatlah kita bertiga ke Singapore. Kami menginap di hotel Mandarin dan orang tua saya check up di Rumah Sakit Mount Elizabeth. Orang tua saya perlu melakukan beberapa tes kesehatan yang bisa memakan waktu beberapa jam.

Daripada bosan menunggu di rumah sakit, saya minta ijin untuk Jalan-jalan ke Orchard Road dan nanti janjian ketemu di hotel. Di sepanjang Orchard Road, saya keluar masuk toko-toko hingga saya menjumpai sebuah toko kecil yang menjual peralatan-peralatan untuk seks. Saya baru pertama kali melihat toko itu dan dengan terheran-heran saya masuk ke dalam.

Berbagai macam kondom dijual dan dipajang di rak-rak. Buku-buku seputar seks bahkan dildo juga dijual. Dildo adalah penis tiruan terbuat dari karet yang dipakai wanita untuk masturbasi. Bentuknya bermacam-macam. Ada dildo yang dibuat mirip sekali dengan penis, ada dildo yang dibuat berbentuk tabung oval stainless steel, bahkan ada juga dildo yang dibuat bercabang sehingga si wanita bisa memasukkannya ke dalam vagina dan anusnya secara bersamaan. Awalnya saya mau nekat membeli dildo yang bercabang tetapi saya urungkan niat itu dan saya pilih dildo yang mirip penis asli.

Saya berjalan menuju kasir. Di sebelah saya ada seorang pria tinggi dan tegap dengan potongan rambut cepak. Ia berkata kepadaku..

“Jangan lupa beli jel pelumas karena nanti bisa lecet” seraya menunjuk ke botol yang dipajang dirak.

Sambil tersenyum malu, saya menghampiri rak botol jel pelumas dan mengambil satu.

“Kamu orang Indonesia ya?” kata pria itu dalam bahasa inggris.
“Iya, kok tau?” saya membalas dengan bahasa inggris.
“Banyak orang Indonesia disini, saya bisa membedakannya. Nama saya Richard Chen”
“Saya Vita”

Richard membayar ke kasir satu kotak kondom lalu saya kemudian membayar dildo dan botol jel. Selesai membayar, Richard memberikan kartu namanya padaku dan berkata.

“Kalau anda perlu bantuan dalam memakai barang itu, saya bersedia membantu”
“Nanti saya pikirkan” kata saya sambil menerima kartu namanya. Setelah itu kami berpisah.

Dengan tergesa-gesa saya berjalan kembali ke Hotel Mandarin. Setiba di kamar (saya tidur di kamar sendiri), saya langsung membuka bungkusan dildo dan botol jel. Kemudian saya membuka seluruh bajuku dan telanjang bulat di tempat tidur membaca petunjuk pemakaian yang tertera di kotak dildo. Saya memperhatikan dengan seksama dildo itu. Memang sangat mirip dengan penis asli. Bentuknya cukup besar sekitar 30 cm, diameter 4cm dan berwarna coklat muda. Saya berpikir apakah ini muat dalam vagina saya? Mari kita coba!

Saya merebahkan diri di tempat tidur lalu membuka lebar kakiku kemudian dildo saya arahkan ke vaginaku. Tak lupa saya oleskan jel pelumas di seluruh dildo kemudian saya mulai masukkan dengan perlahan ke vagina. Awalnya agak seret tetapi dengan sabar saya masukkan hingga mentok diujung vagina. Setelah itu saya mulai tarik lagi keluar.

Saya menikmati setiap senti dari dildo yang masuk dalam vaginaku. Mataku terpejam menikmati sensasi ini. Setelah dildonya keluar semua, kembali saya masukkan dan kali ini lebih cepat. Akhirnya vagina saya sudah terbiasa dengan dildo itu sehingga saya bisa mengocok dildo dengan cepat. Nafas saya memburu dengan cepat. Keringat saya mengucur disekujur tubuhku. Payudara kuremas-remas sembari mengocok dildo di vagina.

Ada sekitar lima menit saya memainkan dildo itu dalam vaginaku hingga saya orgasme pertama. Setelah itu saya membalikkan badan dalam posisi menungging dan memasukkan dildo dari arah belakang. Saya melihat bayangan tubuhku di cermin yang digantung di atas meja. Saya merasa seksi sekali. Mulutku terbuka lebar dan mataku setengah terpejam menikmati dildo yang dimasukkan ke vaginaku dari arah belakang.

Saya merapatkan kedua belah kakiku hingga dildo itu rasanya bisa saya tekan dengan kuat dengan otot selangkanganku. Payudaraku yang bergelantungan tampak bergoyang-goyang mengikuti irama gerakanku. Beberapa menit kemudian, kembali saya orgasme. Saya langsung roboh ke kasur. Tubuhku basah oleh keringat. Cairan vaginaku membasahi sedikit sprei tempat tidur. Saya beristirahat sejenak sementara dildo itu masih di dalam vaginaku.

Saya lalu mendapat ide baru. Saya mengeluarkan dildo itu dari vagina lalu saya mengambil kursi. Kursi itu mempunyai sandaran yang dibuat dari beberapa kayu yang tegak lurus dan ada jarak dari antara satu kayu ke kayu lain. Saya selipkan dildo itu di antara kayu itu. Karena ukuran dildo yang besar, maka dildo itu bisa diselipkan dan tidak bergoyang sama sekali. Dildo itu mengacung membelakangi kursi. Saya lalu menggeser kursi itu ke arah meja rias. Lalu saya menungging bertopang pada meja rias sedangkan vagina kuarahkan pada dildo.

Saya melihat posisiku yang cukup lucu karena saya berada dalam posisi doggy style dan dildo itu ditopang dalam sandaran kursi. Lalu mulai kembali saya perlahan memaju mundurkan pantatku. Dildo bisa masuk dengan baik dan kursinya sendiri tidak bisa bergeser kemana-mana karena tertahan oleh tempat tidur. Saya mulai mempercepat irama gerakanku. Gairah seksku seperti tiada hentinya bergelora dalam diriku. Sepertinya dildo ini bisa memahami keinginan seksku yang tinggi.

Berkali-kali saya hunjamkan dildo itu ke dalam vaginaku. Vaginaku terasa berdenyut-denyut menerima sensasi seks yang diterima dari dildo itu. Nafasku tersengal-sengal. Rambutku berantakan dan keringat kembali bercucuran di dadaku. Saya meremas kedua belah payudaraku dengan gemas sembari terus memacu vaginaku dalam dildo itu. Saya ingat waktu itu dalam tempo waktu 15 menit bersetubuh dengan dildo dalam posisi tersebut, saya orgasme kurang lebih 6 kali.

Akhirnya saya berhenti karena kecapaian. Saya melepaskan dildo itu dari vaginaku dan mencopotnya dari sandaran kursi. Saya membaringkan tubuhku yang lunglai di tempat tidur lalu tertidur selama 1 jam. Begitu terbangun, saya langsung buru-buru membereskan kamarku dan membuang bungkusan dildo dan jel pelumas. Dildo itu sendiri saya cuci lalu saya bungkus didalam kaos beserta botol jel pelumas supaya tidak ketahuan ibuku.

Saya melihat kartu nama si Richard di tasku. Sempat terlintas ide untuk menelepon dia dan siapa tahu bisa diajak bersetubuh. Tetapi saya urungkan niat itu karena beresiko tinggi ketahuan orang tua. Lagipula saat ini saya sedang senang bermain-main dengan dildo baruku.

Hingga sekarang, saya sudah memiliki tiga buah dildo. Yang pertama adalah dildo pertama yang saya beli di Singapore, kemudian dildo yang model bercabang dan ketiga dildo yang bisa bergetar sendiri memakai baterai. Kedua dildo itu saya beli di Amerika. Tamat


Wednesday, July 2, 2008

Bercinta dgn Guruku

Bercinta Dengan Guru Tata Negara

Pengalaman ini terjadi ketika aku kelas 3 SMA, aku memang berasal dari keturunan yang sangat disiplin dalam segala sesuatu. Aku anak bungsu dari tiga bersaudara dan semuanya perempuan, namun kata orang sih aku yang paling cantik dan menurut orang-orang wajahku agak mirip Desy Ratnasari. Papa dan Mama cenderung orangnya keras dalam mendidik anak-anaknya bahkan boleh dibilang Papa itu orangnya tidak pernah menunjukkan pujian kepada anak-anaknya, jadi alhasil sampai saat ini aku tidak pernah merasakan belaian kasih sayang seorang ayah layaknya.

Saking kerasnya didikan orang tua kami, mereka menyekolahkan semua anaknya di sekolah favorit termasuk aku dan tidak mengijinkan anak-anaknya untuk pacaran sebelum lulus SMA dan waktu itu aku terpaksa menurut walaupun dalam hati kecilku aku berontak karena di sekolah banyak sekali cowok keren yang cukup menarik perhatianku dan cukup banyak pula cowok yang mendekatiku lantaran wajahku yang lumayan. Namun semuanya terpaksa aku tolak dan hasratkupun aku pendam dalam-dalam demi menyenangkan kedua orang tuaku.

Terus terang saat aku sendiri aku sering membayangkan bisa merasakan nikmatnya berciuman dan juga ingin merasakan ada tangan yang membelai rambutku, menjilati sekujur tubuhku (seperti yang aku lihat di blue film ketika aku SMP), juga ingin merasakan ada penis ukuran besar memasuki vaginaku, sehingga akupun sering bermasturbasi di kamarku.

Suatu hari di sekolah (entah kapan persisnya), saat di kelasku ada pelajaran Tata Negara yang menurutku cukup membosankan, namun aku suka pelajaran itu karena Bapak Gunawan yang mengajar kunilai cukup simpatik dan tampan walaupun usianya pantas menjadi bapakku. Beliau usianya mendekati 45 tahun, selalu bercukur, agak gemuk dan aku suka memperhatikan rambut di dadanya yang agak tersembul saat dia mengajar. Saat itu aku memperhatikan penampilannya agak lain dari biasanya, beliau saat itu mengenakan pakaian batik berwarna biru gelap dipadu dengan celana panjang berwarna agak hitam. Aku sangat terpesona sehingga aku membayangkan dapat bercinta dengannya, dan tak kusadari vaginaku telah basah.

"Vina!", tegurnya melihatku tidak konsentrasi.

"Eh.. i.. iya Pak", sahutku sekenanya.

"Tolong perhatikan", timpalnya.

"Baik Pak" jawabku.

Sialan makiku dalam hati apes banget aku apalagi ditambah dengan ledakan tawa seisi kelas yang membuatku sangat kesal. Akhirnya kuikuti terus pelajaran dengan hati tidak menentu.

Seusai sekolah, aku langsung berlari menuju mobilku yang kubawa sendiri dan kuparkir dekat halaman sekolah, aku berniat langsung pulang mengerjakan PR-ku yang seabreg. Namun sesuatu menghambat niatku saat aku melihat Bpk. Gunawan sedang menunggu kendaraan umum di dekat sekolah, langsung kuhampiri dia dan kubuka kaca jendela mobilku.

"Pak!", tegurku.

"Eh, Vina", sahutnya.

"Pulang ke arah mana, Pak?", tanyaku.

"Kebayoran Baru", jawabnya.

"Wah, searah dong", timpalku.

"Ikut sekalian Pak", kataku sambil membuka pintu mobil dari dalam.

"Enggak merepotkan?", tanyanya.

"Tidak apa-apa", jawabku.

"Baiklah", jawabnya seraya naik ke mobilku.


Sepanjang perjalanan kami banyak berbicara tentang banyak hal, dan ternyata beliau cukup menyenangkan, ternyata beliau memperhatikanku cukup lama ini kuperhatikan lewat ekor mataku sesekali, dan tiba-tiba dia menyentuh tanganku.

"Maaf", katanya.

"Tidak apa-apa kok Pak", sahutku, aku senang juga dalam hati.

Lalu secara tidak sengaja kulirik dia dan astaga!, ternyata celana bagian depannya ada tonjolan.


Ketika sampai di rumahnya, dia menawarkan masuk dan langsung kusetujui. Rumahnya cukup sederhana namun rapi, sesudah aku masuk beliau bercerita tentang dirinya lebih banyak bahwa dia sampai saat ini masih belum menikah, mendengar ceritanya aku semakin simpatik dan semakin membayangkan bisa bercinta dengannya. Akhirnya kami saling berpandangan tanpa berkata apapun, dan tangan beliau secara spontan membelai rambutku, lalu perlahan dia menciumku, "Oooh nikmat rasanya", dan segera kubalas ciumannya dengan hangat. Ternyata beliau bisa membaca situasi dan langsung tangannya menggerayangi sekujur tubuhku sehingga membuatku menggelinjang kenikmatan.


Selang beberapa lama, dia menuntunku masuk kamarnya dan aku menurut saja, ketika kami masuk ke kamar dia langsung mengunci pintunya dan memulai kembali aksinya, dengan napasnya yang memburu dia menciumiku dan tentu saja kubalas kembali dengan tak kalah memburunya. Perlahan-lahan dia melepaskan baju seragam sekolahku, dan rokku. Praktis kini hanya behaku dan celana dalamku yang tinggal.


"Kamu cantik sekali, Vin", katanya

aku hanya tersenyum mendengarnya
karena aku ingin dia berbuat lebih dari itu, dan diapun ternyata memahaminya, dengan cepat dia melucuti beha dan celana dalamku sehingga aku telanjang bulat di depannya. Lalu gantian dia yang melepaskan seluruh bajunya. Saat semua bajunya terlepas, aku agak sedikit memekik melihat penisnya yang telah tegang dan besarnya sekitar 24 cm dengan diameter kira-kira 4 cm, namun aku juga kagum melihatnya. Tanpa basa-basi dia langsung menidurkanku di tempat tidur dan membuka kakiku lebar-lebar sehingga kewanitaanku dapat terlihat jelas olehnya, kemudian dengan tidak membuang waktu lagi dia mulai membenamkan kepalanya disana dan mulai mempermainkan lidahnya sehingga aku menjerit-jerit kecil menahan kenikmatan.

"Ehm.. ahh.. ahh..",
hanya itu yang bisa kuucapkan, sampai
beberapa waktu lamanya aku merasakan puncak kenikmatan dan menjerit-jerit,
"Oh.. ahh.. aaah.. Pak.. ohh.. nikmat.. ooooh.."

Dan spontan aku menjambak
rambutnya tanpa mempedulikan lagi status antara kami.

Lalu dia bangkit dan secara cepat penisnya sudah ada di depan mukaku, aku paham maksudnya langsung kujilati penisnya perlahan-lahan kumainkan dengan lidahku dan aku dapat mendengar rintihannya menahan nikmat. Lalu kumasukkan penisnya ke dalam mulutku, sudah kuduga aku tak dapat melahap seluruhnya, hanya setengahnya yang masuk ke mulutku. Kulakukan gerakan maju mundur dengan kepalaku membuatnya semakin merintih kenikmatan. Harus kuakui aku juga menikmati permainan ini apalagi saat kurasakan penisnya berdenyut dalam mulutku, rasanya tak ingin kuakhiri permainan ini.


Tiba-tiba dia menarikku ke atas dan langsung dia menidurkanku kembali, kakiku kembali dibuka lebar-lebar dan dia mempermaikan klitku dengan penisnya yang membuatku semakin tak karuan sehingga tak berapa lama aku kembali mencapai puncak kenikmatan dan cairan kewanitaanku membasahi penisnya. Lalu tiba-tiba dengan satu gerakan cepat dia memasukkan penisnya ke dalam vaginaku, aku langsung menjerit karena vaginaku masih sempit dan aku masih perawan, sehingga kurasakan agak sedikit perih. Namun rupanya beliau telah tahu keadaanku sehingga dia diam sebentar agar aku dapat menguasai diri.

Setelah aku dapat menguasai diri beliau langsung menggerakkan pinggulnya perlahan-lahan dan makin lama makin cepat sehingga tubuhku terguncang-guncang. Setelah kira-kira 2 jam kami berpacu dalam birahi, aku merasakan orgasme kurang lebih sebanyak 5 kali sampai terakhir kurasakan beliau ingin mencapai puncak dia mengejang dan menjerit tertahan lalu kurasakan cairan hangat menyemprot dinding vaginaku.

Setelah semuanya selesai, aku pun berpamitan dengannya dan berjanji untuk melakukannya kembali malam minggu nanti.

Bersambung .................