"Kamu tenang aja deh... pokoknya dari sekarang (saat itu jam 12:30) sampe nanti sore jam 5 kita aman deh… jadi datang nggak..?" tanya Tante Nita. Tentu saja saya menjawab, "Jadi dong Tante.. bentar lagi saya kesana Tante, Tante tunggu yah..!" Setelah itu, saya segera menutup teleponnya seperti tidak ingin menyia-nyiakan waktu. Kemudian saya segera berlari ke kamar dan ganti baju, terus segera keluar rumah menuju rumah Tante Nita, karena dari rumahku ke rumah Tante Nita memerlukan waktu sekitar 15 menit jalan kaki. Karena ingin cepat tiba disana, maka saya naik angkot (angkutan umum perkotaan) saja. Sesampainya di rumah Tante Nita, saya segera memutar ke belakang karena lewat pintu samping rumah Tante Nita lebih aman dan sepi. Kemudian dengan perlahan saya mengetuk pintu dan terdengar Tante Nita menjawab, "Iya, bentar..." lalu Tante Nita membuka pintu dan mempersilakan saya masuk. Di depan saya, Tante Nita berpakaian kaos oblong dan celana pendek putih. Berpenampilan seperti itu tentu saja sama dengan menampakkan BH dan CD-nya yang berwarna hitam secara sengaja kepada saya. Dalam pikiran saya mungkin Tante Nita sengaja membuat saya terangsang, tetapi saya berusaha tetap tenang, yah.. stay cool deh pokoknya. Setelah itu, Tante Nita menyuruh saya mengikutinya dan saya pun berjalan. Tetapi begitu melihat pinggulnya yang bergoyang, saya tidak tahan lagi, segera saya menarik Tante Nita dan menciumnya. Tante Nita pun segera membalas ciumanku dan tangan saya segera bergerak untuk membuka bajunya. Bersamaan dengan itu, Tante Nita berkata, "Jangan di sini dong sayang..!" "Dimana Tante..?" tanya saya. "Di kamar Tante aja..." kata Tante Nita. Lalu saya pun segera menarik tangan Tante Nita dan berkata, "Jadi, tunggu apa lagi Tante..?" Setelah sampai di kamar Tante Nita, saya segera merebahkannya. Di mata saya, Tante Nita tampak sangat anggun dan menggairahkan. Dengan tidak membuang waktu lagi, saya segera menciumnya dan ciuman saya dibalas Tante Nita dengan hangat. Sementara itu tangan saya segera bergerak aktif untuk meremas buah dada Tante Nita. Tiba-tiba Tante Nita mendorongku dan dengan terkejut saya bangkit, tetapi kemudian Tante Nita segera menarikku dan naik di atas tubuhku sehingga posisi saya sekarang adalah Tante Nita di atas tubuh saya. Saya segera membuka baju Tante Nita sehingga tampaklah buah dadanya yang masih dibungkus oleh BH hitamnya. Saat itu Tante Nita menunduk sehingga sekarang buah dadanya tampak di depan mataku dengan sangat jelas. Untuk menghemat waktu dan karena memang saya juga sudah sangat terangsang, maka saya segera melumat payudara Tante Nita dan melepas BH hitamnya. "Aduh enak sekali, ahhh... uh... sttt..." desahnya yang menandakan Tante Nita sudah terangsang. Karena sudah terangsang maka Tante Nita segera melepas baju dan celana saya, sehingga saya hanya tinggal memakai CD saja. Kemudian saya berguling ke samping sehingga posisi saya sekarang di atas Tante Nita, lalu saya segera merangkak turun dan melepas celananya sehingga tampaklah pemandangan di depan wajah saya sebuah surga kenikmatan yang masih terbungkus oleh kain hitam. Tanpa menunggu aba-aba darinya, saya langsung melepaskan CD-nya Tante Nita dan tampaklah kemaluan Tante Nita yang terawat dengan rapi. Sungguh sangat indah dan berbeda dengan yang pertama kali saya lihat dulu.Dengan perlahan saya menjilati permukaan vaginanya dan Tante Nita pun segera mengerang. "Aduh, nikmat sekali... sungguh... geli tapi... ahhh... uhhh... terus Endy..."Segera saya menaikkan permainan saya sehingga tidak lama kemudian Tante Nita pun menjerit, "Aduh saya sampai Ndyyy... segera keluar... ahhh..." Lalu saya segera menghisap bijian di kemaluan Tante Nita sehingga saat cairan kemaluan Tante Nita keluar, segera saya hisap habis dan menelannya. Dalam sisa kenikmatannya, Tante Nita berkata, "Endy... biarkan Tante Nita istirahat yah..? Nanti Tante Nita baru melanjutkannya kembali." Saya segera menjawab, "Iya Tante..." Setelah beristirahat 15 menit, Tante Nita mulai bangkit dan segera melepas CD saya. Tampaklah kemaluan saya yang masih dalam posisi setengah tiang. Tante Nita segera memasukkannya ke dalam mulutnya dan menjilatinya. Di dalam mulut Tante Nita, kemaluanku segera mengeras hingga dalam posisi yang siap tempur. Tante Nita sungguh sangat berpengalaman dalam menjilati kejantanan pria yang dengan cara menghisap dan kadang-kadang mengigitnya dengan perlahan. Hal ini membuatku sangat terangsang. Karena sudah tidak tahan lagi, maka saya segera menarik tubuh Tante Nita ke atas dan dan membalikkannya. "Tante Nita, saya sudah tidak tahan lagi, sekarang saya masukkan yah Tante..?" tanya saya yang sudah merasa sangat terangsang. Tante Nita menjawab, "Terserah kamu Ndyy.., tapi hati-hati yah soalnya punya tante udah lama nih nggak digunakan.." Dengan pelan dan hati-hati saya mengarahkan kepala kemaluan saya ke dalam lubang kemaluan Tante. Kepala kemaluan saya mulai menyentuh bibir kemaluan Tante Nita, lalu saya menekannya sehingga kepala kemaluan saya sudah terbenam ke dalamnya. Tante Nita segera menjerit, "Aduh... sakit sekali... pelan-pelan Ndy..." Tetapi saya sudah tidak perduli lagi, saya segera melanjutkan aksi saya dengan menekan kemaluaan saya lebih dalam lagi dan kepala kemaluan saya juga mulai terasa perih karena ini adalah pertama kali saya melakukan hubungan intim. Saya tetap menekan batang kemaluan saya sehingga tidak lama kemudian, seluruh kemaluan saya sudah terbenam dalam kemaluan Tante Nita.Tante Nita lalu mengerang, "Aduh sakit sekali... biarkan tetap di dalam Endy, aduh... ahhh... ehmmm... uh..." Setelah terdiam hampir 5 menit, saya segera menggoyang pinggul saya dengan naik turun secara berirama dan Tante Nita pun mengimbanginya dengan goyangan pinggulnya yang membuat saya merasa sangat keenakan. Tante Nita tiba-tiba mengerang secara tidak jelas, "Aduh... sakit sekali, tapi enak sekali, terus Endy..." Saya sudah tidak memperdulikan Tante Nita dan hanya terus memacu kemaluan saya untuk mencapai kenikmatan. Tidak lama kemudian, setelah 8 menit, saya mendengar Tante Nita menjerit kembali, "Aduh... saya sampai Ndyyy... akan segera keluar nih..." Saya menjawabnya, "Sebentar lagi Nita, sebentar lagi... saya juga hampir sampai nih..." Tidak lama, Tante Nita tiba-tiba mengejang dan saya merasakan ada cairan hangat di dalam kemaluan Tante Nita dan Tante Nita mengerang lagi, "Aduh... ahhh... aku sampai Endy... nikmat sekali..." Tidak sampai disitu, selang beberapa detik, saya merasa juga ada yang mendesak keluar dari kemaluan saya dan akan segera meledak. Rupanya saya juga telah mencapai kenikmatan dunia dan saya menjerit,
"Saya sampai Tante eh... ahhh... nikmat sekali"
Lalu saya segera jatuh dan berbaring di samping tubuh Tante Nita sambil merasakan sisa kenikmatan yang telah kami capai berdua. Setelah beristirahat, kami melakukannya lagi 3 kali dalam tempo yang cepat. Tante Nita dan saya sama-sama mencapai puncak kenikmatan 3 kali. Setelah mandi dan pikiran kami sudah tidak terpengaruh nafsu lagi, Tante Nita berkata padaku, "Tante Nita minta maaf Endy... tadi Tante Nita telah merenggut keperjakaan kamu... sungguh Tante Nita minta maaf.." Tetapi saya segera berkata, "Tidak apa-apa Tante, saya rela kok menyerahkannya pada Tante, sungguh saya sangat menyukai permainan tadi. Tapi Tante Nita harus janji kalo Tante Nita lain kali harus memberikan kenikmatan yang sama lagi kepadaku..!" Sambil tersenyum, Tante Nita berkata, "Iya... Tante sangat senang dengan permainan tadi, Tante janji, Tante bersedia melayani kamu lagi, tapi kamu juga harus membuat Tante merasa keenakan seperti tadi.." dan saya mengiyakannya.Hubungan kami hampir berlangsung selama 2 tahun, tetapi kami melakukannya dengan cara-cara yang tradisional. Saya maupun Tante Nita tidak menyukai gaya-gaya yang terlalu berani seperti gaya anjing maupun yang lainnya. Hubungan kami sekarang meskipun belum diputuskan berakhir, tetapi kami hampir tidak pernah berjumpa lagi, karena saya sudah melanjutkan kuliah di luar kota yang tentu saja dengan anaknya Tante Nita. Hubungan saya dengan Tante Nita sampai sekarang tetap menjadi rahasia kecil kami. Jika saya liburan dan pulang ke kampung halaman saya, Tante Nita selalu meminta bagiannya dan saya pun dengan senang hati melayaninya. Ini merupakan pengalaman yang saya alami sendiri. Meskipun banyak yang kurahasiakan disini, tetapi cerita ini adalah benar-benar terjadi.
Selesai-----
Ini cerita yang kualami kurang lebih 2 tahun yang lalu. Saya adalah seorang siswa SMU swasta di sebuah kota X, nama saya adalah Endy dan saya saat ini berumur 18 tahun. Saya mempunyai suatu kebiasaan untuk melakukan onani, yah mungkin satu kali untuk satu hari. Saya mempunyai seorang teman, bisa dikatakan dia merupakan teman saya yang terbaik, karena hampir setiap hari kami selalu bersama. Saya memang sering main ke rumahnya dan tentu saja, saya sering berjumpa dengan mamanya. Dapat dikatakan mamanya saat ini kira-kira berusia 36 tahun, tetapi tubuhnya terlihat bagaikan seorang gadis yang berusia 20 tahunan. Yah montok dan padat sekali dan saya memanggil mamanya Tante Nita. Tentu saja saya sering melakukan onani dengan mengkhayalkan mama kawanku ini.
Suatu hari, kami bersama teman-teman sekolah lainnya akan melaksanakan pesta barbeque dan tempat kami berkumpul merupakan rumah dari kawanku ini. Karena masih menunggu teman kami yang belum hadir, maka saya bermain di rumah kawanku ini dengan permainan dadu dengan yang lainnya. Mungkin karena kebetulan saya melempar dadunya terlalu kuat, maka dadu itu jatuh ke arah kamar mama temanku. Lalu dengan malas dan ogah-ogahan, saya bangkit untuk mengambil dadunya. Tetapi saat akan mengambil dadunya, saya melihat suatu pemandangan yang membuat saya sangat terangsang. Saya melihat Tante Nita hanya memakai celana dalamnya saja, langsung saja kemaluan saya terbangun dan saya segera berjalan keluar sambil berusaha menenangkan diri. Sambil bermain dadu kembali, saya mengkhayalkan bentuk
tubuh Tante Nita yang membuatku sangat terangsang. Tetapi sesaat kemudian, Tante Nita keluar dari kamarnya. Dengan serempak, kami memanggilnya dengan panggilan Tante, tetapi saya tidak berani untuk menatapnya, yah mungkin karena saya malu dan agak sedikit takut mengingat kejadian tadi.
Karena temanku sudah memanggil, maka kami menyudahi permainan dadu kami dan kami mulai bergerak ke luar rumah. Sesaat sampai di luar rumah, saya melihat Tante Nita sedang berdiri sambil memandang ke arahku, lalu dia menyuruhku untuk menemaninya ke rumahnya yang lain untuk sekedar mengambil barang bekas. Dengan gugup saya menjawab dengan jawaban "Ya", lalu Tante Nita mengambil kunci rumahnya dan kami pun berangkat. Sambil mengikutinya dari belakang, saya memperhatikan goyangan pinggulnya dan tentu saja saat ini saya sudah sangat ingin melakukan masturbasi, tetapi karena belum memiliki kesempatan, maka saya diam saja sambil mengkhayalkan sedang bersetubuh dengan Tante Nita.
Sesampainya di rumah tersebut, saya melihat rumah tersebut sudah lama tidak dihuni, mungkin saja karena Tante Nita baru saja pindah ke rumah baru. Kemudian kami pun masuk ke dalam. Dengan hati-hati saya memperhatikan sekeliling rumah tersebut. Memang agak berdebu tetapi masih terlihat kalau rumah tersebut rapi.
Sesampainya di ruang tengah rumah tersebut, Tante Nita bertanya kepadaku,
"Apa yang kamu lihat waktu kamu mengambil dadu yang terjatuh itu tadi..?"
Dengan terkejut saya menjawab, "Saya tidak melihat apa-apa, Tante..."
Lalu Tante Nita berkata, "Kamu jangan bohong, nanti saya laporkan bahwa kamu berbuat yang tidak senonoh pada Tante.."
Dengan terbata-bata, saya menjawab bahwa saya melihat Tante sedang ganti baju, tetapi saya tidak melihatnya dengan jelas.
Lalu Tante Nita bertanya lagi, "Apakah kamu ingin melihatnya sekali lagi..?"
Seperti mendapat durian runtuh, maka saya menjawab, "Kalo Tante Nita mengijinkan, saya mau Tante."
Sesaat Tante Nita diam, lalu dia menyuruh saya untuk mendekat. Dengan hati-hati, maka saya mendekat padanya, lalu Tante Nita menarik tangan saya dan mencium bibir saya. Tentu saja saya balas dengan ciuman kembali, sedangkan kedua tangan saya diam saja karena sesungguhnya saya dalam keadaan yang sangat tegang.
Berbeda dengan tangan Tante Nita, tangannya mulai memegang kejantanan saya dan satunya lagi mulai meremas pantat saya. Kemudian Tante Nita mulai membuka resluiting celana saya dan mulai mengocok kemaluan saya. Saya merasakan kenikmatan karena tangan Tante Nita sangat lembut dan sangat berpengalaman. Karena terbawa perasaan nikmatnya, mata saya mulai tertutup dan mulai menikmati permainan Tante Nita. Belum berlangsung lama permainan kami, Tante Nita menghentikan permainannya, tentu saja hal ini membuat saya keheranan.
Lalu saya mulai berani menatapnya dan saya bertanya kepadanya, "Tante, bolehkah saya memegang payudara Tante..?"
Sambil sedikit tersenyum, Tante Nita berkata, "Terserah kamu sayang..."
Lalu tangan saya mulai meraba payudara Tante, tetapi saya merabanya dari luar saja karena masih tertutup oleh baju dah BH-nya.
Karena merasa kurang puas, maka saya bertanya lagi, "Tante, bolekah saya membuka baju tante..?"
Dengan sedikit kesal, Tante Nita menjawab, "Kamu boleh melakukan semua yang ingin kamu lakukan, tubuh saya sekarang ini adalah milikmu sepenuhnya."
Dengan terbata-bata saya menjawab, "Terima kasih Tante..."
Lalu Tante Nita berkata lagi, "Panggil saya Nita saja, tidak usah lagi sebutkan Tantenya."
Lalu saya menjawab, "Ya, Tante.., eh, maksud saya Nita."
Permainan terus berlanjut, saya mulai membuka kancing baju Tante Nita. Terlihatlah dua bukit kembar yang indah sekali, mungkin ukurannya sekitar 36A. Lalu saya mulai meremas dan mencium payudara Tante Nita dan Tante Nita mulai merasakan kenikmatan dan mengeluarkan suara desahan.
"Uuhhh... ahhh..,"
Saya mulai membuka ikatan BH-nya dan menyembullah payudaranya. Dengan liar bibir saya mulai menghisap payudara yang di sebelah kanan, sedangkan tangan saya meremas dengan keras payudaranya yang di sebelah kiri. Saya terus menghisap puting payudara Tante Nita kurang lebih 5 menit lamanya. Kemudian saya melepaskannya dan saya melihat putingnya sudah berwarna kemerah-merahan agak hitam.
Kemudian Tante Nita mulai turun dan berjongkok di hadapan kemaluan saya. Dengan cepat dia menurunkan celana jeans saya sekaligus dengan celana dalam saya, lalu dia pun membuka mulutnya dan memasukkan kemaluan saya ke mulutnya. Hal ini membuat saya terkejut, kemudian Tante Nita mulai menghisap kemaluan saya dan memainkannya di dalam mulutnya yang membuat saya lupa diri. Tangan saya mulai menjambak rambut Tante Nita dan kaki saya mulai menjinjit karena saya merasakan kenikmatan yang hebat. Kurang lebih 10 menit kemudian, saya merasakan ada yang mendesak keluar seperti saat saya sedang melakukan masturbasi dan saya mulai mengerang, "Aduh, Tante Nita... saya sampai nih, uh... uhhh... uuuhhh..."
Dan Tante Nita mulai mempercepat permainannya dan akhirnya saya mengeluarkan cairan sperma saya di dalam mulutnya Tante Nita. Saya merasakan Tante Nita menghisap habis seluruh sperma saya dan menelannya. Dalam sisa-sisa kenikmatan, saya melihat Tante Nita bangkit dan mencium bibir saya, yang tentu saja saya balas dengan ciuman yang hangat dan liar.
Hanya dalam hitungan beberapa detik, Tante Nita menekan kepala saya dan saya pun mengerti apa yang diinginkan Tante Nita. Saya mulai berjongkok dan Tante Nita berganti posisi dengan tubuhnya bersandar pada dinding rumah. Dengan perlahan saya menurunkan celana Tante, lalu saya melihat CD warna biru langitnya Tante Nita dengan segunduk daging yang menonjol di antara kakinya, selain itu saya juga melihat CD-nya mulai basah oleh cairan kemaluannya.
Tante Nita berkata kepada saya, "Endy, cepat dong... Tante sudah nggak tahan nih..."
Dengan tenang saya menjawab, "Iya Nita..," dan saya mulai memeloroti CD-nya. Saya melihat rambut kemaluan Tante Nita yang sungguh subur tetapi terawat dengan rapi.
Sejujurnya, saya sungguh tidak menyangka keindahan alat kelamin wanita ini berbeda dengan yang pernah saya lihat di film-film blue bahkan sangat berbeda. Dengan perlahan-lahan saya mulai menyapu kemaluan Tante Nita dengan lidah saya. Sesudah rambut kemaluannya basah oleh air liur saya, saya mulai memasukkan lidah saya di antara kemaluannya dan saya menemukan sebuah bijian kecil. Dengan lidah saya, saya mulai menjilati biji tersebut, hal ini membuat Tante Nita mengerang keenakan.
"Endy.. terus.. Tante merasa nikmat sekali.. ah... ah... uhhh..." desahnya.
Karena merasakan Tante Nita yang mulai terangsang, maka saya mempercepat jilatan saya pada bijian tersebut kurang lebih 6 menit Tante Nita menjerit sambil memegang dan menjambak rambut saya.
"Uhhh... Tante sampai nihhh... ayo terus Ndyyy... ah... ehmmm... nikmat sekali."
Lalu saya melepaskan permainan lidah saya dan saya melanjutkan dengan tangan saya yang mulai menggosok dan mengocok kemaluan Tante Nita karena saya merasa jijik untuk menghisap air kemaluan wanita tetapi dengan cepat Tante menarik kepalaku dan mengarahkannya kembali ke kemaluannya. Karena ingin memuaskan Tante Nita, maka saya mulai memainkan lidah saya di kemaluan Tante Nita.
Akhirnya Tante mengejang dan berteriak, "Ahh... ahhh... auuu... ehmmm... saya sampai.. terus Ndyyy... uhh... ahhh... aahhh..."
Saya merasakan ada cairan yang keluar dari kemaluan Tante, maka saya menghisap seluruh cairan tersebut sampai kering dan kemudian saya menelannya.
Karena melihat Tante Nita sedang merasakan sisa-sisa kenikmatannya maka saya bangkit dan mencium bibirnya, sedangkan tangan saya meremas payudaranya.
Lalu Tante Nita membuka matanya dan tersenyum nakal sambil berkata, "Endy, kamu kurang ajar sekali, bahkan dengan mama kawan baikmu pun kamu berani berbuat begitu."
Dengan terkejut saya berkata, "Tapi Tante, saya tidak bermaksud begitu, kan tante yang..."
Belum selesai saya berkata Tante Nita memotongnya dan berkata, "Saya tahu kamu tidak bermaksud begitu tapi kamu sudah melakukannya jadi ya… nggak apa-apa deh... tante suka dengan permainan kamu. Lain kali kamu harus melakukannya dengan Tante lagi. Kalo tidak.. Tante akan laporkan kamu sama yang lainnya!"
Lalu saya tersenyum dan berkata, "Tante nakal sekali, saya sampai terkejut, tapi Tante jangan khawatir, lain kali saya akan melayani Tante lagi, saya janji Nita."
"Kamu harus ingat janji kamu yah... sekarang kita harus berpakaian kembali, lalu kamu kembali ke teman kamu... kan kamu mau barbeque kan..?" kata Tante Nita kemudian yang sempat membuatku terkejut seperti sadar kembali kalau kami sudah meninggalkan acara pesta.
Dengan cepat saya mulai membetulkan pakaian saya dan merapikan rambut saya sambil bertanya kepada Tante Nita, "Tante.., kita sudah pergi berapa lama sih..? Kalo ketahuan gimana, Tante..?"
Dengan tenang Tante menjawab, "Kamu jangan khawatir, Tante akan mengaturnya supaya aman."
Lalu kami pun kembali ke rumah Tante Nita yang baru meskipun dalan hatiku masih ada sedikit keraguan. Sesampainya disana, Tante berkata bahwa kami membongkar seluruh rumah untuk mencari kunci lemarinya sehingga memerlukan waktu setengah jam. Sambil bernafas lega, saya menoleh ke arah Tante Nita dan melihatnya tertawa, sungguh menggoda sekali.
Beginilah awal kisahku dengan Tante Nita yang merupakan mama dari kawan baikku. Di pesta barbeque bersama temanku, saya merasa sangat tidak tenang bahkan terasa ada yang ingin dikeluarkan. Akhirnya saya pun melakukan masturbasi di kamar mandi, tentu saja sambil mengkhayalkan Tante Nita. Dalam hati saya tentu saja sangat ingin untuk melakukannya dengan Tante Nita, tetapi yah...
Hari ini sudah lewat 2 minggu sejak kejadian di malam pesta barbeque itu. Saya sendiri sudah tidak sabar dan frekuensi onani saya malah semakin meningkat, bahkan bisa tiga kali dalam satu hari. Tetapi siang harinya, ketika baru pulang dari sekolah, sesampai di rumah dan duduk di kursi sambil melepas sepatu, saya menggerutu, "Aduh, hari ini kok panas sekali..."
Tetapi tiba-tiba saya mendengar pembantu saya berteriak, "Mas Endy ada telpon tuh..!"
Lalu sambil malas-malasan saya bangkit dan mengambil telepon sambil menjawab, "Halo..?"
"Ini Endy yah..?" tanya orang lawan bicara saya.
Saya jawab, "Iya, disana siapa yah..?"
"Kamu udah lupa yah ama saya..?" dengan logat memancing.
Karena merasa dipermainkan, saya mulai emosi dan menjawab, "Disana siapa sih kalo nggak mo bilang lagi saya tutup teleponnya nih..!"
"Kok marah sih..? Nanti tante laporkan kamu lho dan nggak tante kasih kamu kenikmatan lagi." kata lawan bicara saya lagi.
Mendengar kata-katanya yang terakhir tadi, saya jadi teringat dengan kejadian beberapa hari yang lalu dan saya langsung menjawab lagi, "Oh, ini Tante Nita yah..? Sori Tante gua lagi nggak mood nih... Tante sih main-main aja..."
Lalu Tante Nita berkata "Nggak mood yah..? Jadi sama Tante juga nggak mood dong..? Tadinya Tante mo ajak kamu ke rumah Tante nih, abisnya lagi sepi nih… tapi nggak jadi deh.."
Dengan cepat saya memotong, "Bentar dulu Tante, kalo Tante sih gua jadi mood lagi nih, emang teman saya (maksudnya anak Tante Nita yang menjadi teman baik saya) nggak ada di rumah yah..?"
Bersambung..............
Siang menyengat kota Yogya, dengan langkah gontai Anton berjalan di koridor kampus menuju ruang administrasi. Dia harus mendaftar ulang hari ini, hingga jam 12 siang, bila ingin ikut KKN. Rambut setengah bahu dan tak pernah berrcumbu dengan sisir, tidak membuatnya risi di tiup angin kemarau siang itu. "Siang Anton" sapa suara lembut dari ruangan sebelah kiri tempatnya dia berjalan. "Eh, siang nDah" sapanya kepada asal suara tadi. Indah, teman seangkatan Anton, dengan otak brilliannya sekarang menjadi assistent dosen. "Daftar KKN ya ton..? tanya Indah mengerlingkan mata bundarnya. "Iya non, ikutan KKN juga?" balas tanya Anton. "Iya laah, kan aku panitia" sambung manja Indah.Siapa tak kenal Anton, cowok urakan dengan dandanan semaunya tapi memiliki otak encer serta trik halus dalam memperlakukan wanita. Andai saja Anton rajin, mungkin sudah kemarin-kemarin lulus dia, pikir Indah, Tapi peduli setan liwatlah, yang penting, sebagai salah satu cewek yang mengagumi Anton, Indah tak begitu memperhatikan hal itu. Hatinya sedikit berbunga, mendengar kabar Anton ikut KKN, bukan karena ingin Anton segera menyelesaikan kuliahnya, terlebih Indah dapat berdekatan dengan Anton. Karena Indah sebagai assisten dosen, yang secara kebetulan dia bertugas mendampingi mahasiswa menlaksanakan KKN di suatu daerah terpencil, akan banyak kesempatan untuk mendekati Anton. Sosok Indah yang bertubuh sintal dengan dada membusung, rambut lurus sepinggang, ditambah tai lalat mampir dekat dagunya, menambah manis dan seksi.Singkat cerita sampailah rombongan KKN di daerah terpencil, setelah pembagian penginapan yang di putuskan dalam breafing di pendopo kelurahan, Anton berlima satu rumah dengan Indah. Semua itu telah diatur Indah sebagai panitia yang mempunyai wewenang dalam pembagian penginapan, mereka mendiami belakang rumah pak Lurah, sebagai gambaran, desa tempat KKN berupa perbukitan tandus dan jauh dari kota, sarana serta prasarana sangat minim, listrik belum ternjangkau. Satu-satunya sumber mata air berjarak 300 meter dari desa. Kegiatan sehari-hari KKN adalah memberi penyuluhan kepada masyarakat yang dilaksanakan sehari penuh, anggota KKN baru kembali ke penginapan sekitar pukul 9 malam.Satu bulan berlalu, Jumat sore setelah tugas selesai seharian, tiba giliran mahasiswa yang ingin pulang ke rumah masing-masing, anggota KKN mendapat cuti selama dua hari, yaitu Sabtu dan Minggu.
"Gimana Ton? kamu ikut pulang? tanya Indah pada Anton.
"Yah, liat aja lah. Kalo ada yang bayarin gue pulang, kalo enggak yah jaga posko, abis semuanya pada pulang" jawab Anton sekenanya.
"Udah di sini aja nemenin aku" kata Indah setengah berharap, sebagai panitia Indah tidak mendapat jatah cuti.
"Boleh, sapa takut? jawab Anton, Indah pun mengangguk sembari tersenyum lega.
"Ton, mau nggak temani aku ke sumber" tanya Indah memelas kepada Anton.
Sumber adalah tempat mata air di mana semua kegiatan mandi dan mencuci dilakukan anggota KKN. Indah ketinggalan teman-teman putrinya mandi tadi, sementara Anton cukup dua hari sekali mandi.
"Nggak takut sama aku?" canda Anton,
"Emangnya kamu rabies ya? tanya Indah senyum di kulum.
Wah rejeki nomplok nih, batin Anton, tak terasa celana jin sobek yang dikenakannya terasa sesak, terutama daerah selangkangannya.
"Ati-Ati lho nDah, jalan ma setan" teriak Dini teman se kamar Indah sambil mengerlingkan mata ke arah Anton.
Anton gemas, diambilnya batu kecil dan dilemparkannya ke arah Dini,
"awas ya kamu, entar malem aku grayangin" ancam Anton. Hi... hi... siapa takut di gerayangin kamu, emangnya berani?" tantang Dini.
"Udah ah, gak usah dilayanin, ayo nati keburu kemaleman di sana" kata Indah sambil menarik lengan Anton."Kok sepi ya Ton, dan dingin pula daerah sini" kata Indah sambil merapatkan tubuhnya ke Anton.
"Namanya aja hutan, ya jelas sepi dong" jawab Anton.
"Kamu udah mandi Ton?" tanya Indah.
"Ha... ha... ha... kayak gak tau aku aja, rencana sih besok aja mandinya" jawab Anton.
"Temenin aku mandi ya Ton?" pinta Indah setengah berbisik,
"Gak usah di suruh lagi tuan putri, hamba siap melayani permintaan tuan putri" gaya Anton berpantomim.
"Ihhh, genit, awas ya..." ujar Indah sambil mencubit pinggang Anton. Keduanya berbugil ria masuk ke pancuran tempat untuk mandi, mereka berpelukan.
"Ton... udah berapa wanita yang kamu gauli?" selidik Indah.
"Ha... ha... ha... sama kamu udah yang ke 1001 non" canda Anton.
"Nakal aya kamu, apa sih yang membuat cewek tergila-gila sama kamu Ton?" keja Indah sambil mencubit Anton dengan mesra.
"Mungkin mereka tergila-gila sama adikku ini" kata Anton sembari memainkan penisnya yang mulai berdiri.
"Boleh aku kenalan sama adikmu?" kerling manja Indah,
"Ati-ati lo, dia suka ngeludahin cewek" goda Anton.
Dipegangnya penis Anton dan dibelai mesra tangan halus Indah.
"Dingin ya Ton airnya" kata Indah,
"Ah enggak... anget kok" jawab Anton sambil meraba selangkangan Indah.
Waktu itu sekitar tahun 2001. Aku sdh menginjak bangku kuliah. Aku ada mahasiswa di salah satu Universitas di Surabaya, sedangkan rumahku di daerah jakarta. Terpaksa aku harus kost di Surabaya.
Aku akhirnya menemukan tempat yang nyaman menurutku.....
Saat pertama kaliku melihat ibu kost, ternyata ia masih muda, putih, dengan dada yang tidak terlalu besar dan tdk terlalu kecil.
Aku berkenalan sejenak dengan ibu kost itu...
"Aku Irvan bu, aku disini mau kuliah" kataku sambil menyodorkan tangan ku ke tangannya yang cukup mulus itu.
"Oh....Saya Dewi...Semoga kamu betah di kosan ini yah" katanya.
"Pasti betah saya disini bu" kataku sambil ngegombal dikit ke ibu kost itu.
"hahahah"di tertawa sejenak.
Setelah itu aku masuk ke kamar dan membereskan semua pakaian dan peralatan yang aku bawa dari Jakarta..
Setelah membereskan semua perlengkapanku kemudian aku mandi.
Saat keluar dari kamar mandi, aku melihat kamar yang tidak tertutup rapat..saat aku mengintip, ternyata itu kamar Bu Dewi. Dia sedang asyik membaca sambil tertawa, saat aku melihat ke arah kaki... dia sedang memakai rok dan terlihat paha mulusnya yang putih itu. Sejenak aku menikmati pandangan pertamaku pada paha ibu Dewi. Aku langsung pergi ke kamarku karena takut dipergoki oleh orang sedang asyik melihat paha Bu Dewi.
Keesokan harinya aku pergi ke universitas ******** hari pertama prospek aku letih sekali karena dari pagi sampai sore aku disiksa oleh Seniorku......
Setelah sore har kami semua diizinkan pulang oleh senior yang galak dan kejam itu.
Sampai di kosan aku lantas mandi, setelah mandi aku langsung tidur karena begitu letihnya kemarin.
Hari kedua sama seperti hari pertama, begitu letih dan pada sore hari badanku lemas sekali dan aku terpaksa tidak ikut prospek.
Pagi hari aku sulit bangun dari tempat tidurku.......
Bu Dewi yang tidak bekerja... menengokku sejenak dan menanyakan keadaanku
"Kamu kenapa Van"katanya dengan senyum menggoda
"Gak tau ni bu....Lemes banget ni badan..."kataku dengan agak sedikit di beri rintihan
"Terlalu letih ya Van?" kata bu Dewi..
"Iya bu....2 hari keletihan gara-gara di kerjai oleh Senior..." kataku
"oo.... ibu buatkan teh manis yah?" Katanya menawarkan teh ke aku
"Gak merepotkan Bu?" kataku basa-basi
"enggak kok....!"
"Ya udah d...."
Saat itu juga dia langsung membuatkanku teh manis....
"ini Van teh manisnya"
"makasih ya Bu"
"sama2"
"Kamu anak pertama Van?" katanya dengan sedikit memainkan mata
"Enggak kok bu, saya anak bungsu dari 3 bersaudara" kataku sedikit bingung
"ooww...."
"Suami Ibu mana bu?"
"saya masih lajang kok Van"
"Wah masih lajang??? Kok sudah punya kost2an seperti ini bu?"
"Ini peninggalan orang tuaku.... orang tuaku sekarang ada di Jepara mengurusi kakekku yang sedang sakit.... terpaksa aku harus mengurus ini kosan!"
"Ohh.....ibu nggak kerja?" tanya ku sambil mengambil gelas di meja samping kasur ku
"Endak, eh jangan panggil Ibu donk kita kan cuma beda 3-5 tahun" katanya sedikit mengeluh
"ya udah d... aku panggil Dewi aja..." kataku dengan sedikit rayuan mata
"nah itu lebih enak didengar"
"hehehehehehehehe" tawaku
"Ibu berarti masih perawan donk??" tanyaku iseng
Ia diam sejenak.... dan kamarpun hening beberapa detik.....
"saya masih perawan"
"Sama donk..saya juga masih perjaka" jawabku dengan penuh rayuan
Ia keluar kamar dan aku sedikit kecewa karena tak bisa merayunya
Kudengar ia masuk ke kamarnya..... dan balik lagi ke kamarku dengan membawa kantong kresek warna hitam....dan memberikannya kepadaku. Saat ku buka kantong itu.....ternyata di dalamnya CD bokep....
Aku kaget dan menanyakannya
"Wi...kok kamu nyimpen film dewasa kek gini?!!" tanyaku heran...
"Aku suka iseng nonton ini film..." jawabnya
Aku langsung bangun dari tempat tidurku dan berkata...
"kamu mau praktekin apa yang kamu tonton gk??!?!?"
Dewi diam saja dan menghiraukan pertanyaanku
Aku langsung memeluknya dan menciumnya...... Dia menghalauku... dan aku tak perduli..... aku teruskan cumbuan mautku
"ah......ukh......" desahnya sedikit keras
"jangan di sini Van....di kamarku saja yu?!?!?" katanya membujukku
"tapi... ada orang tidak disini?!?" tanyaku
"tidak ada.... semua nya lagi keluar "jawabnya meyakinkanku
"ya sudah...kita kekamarmu!"
Setelah ku kunci kamarnya, langsung ku cium bibirnya yang menggoda itu. Dia mendesah lagi... tanpa basa basi ku buka rok dan bajunya... aku kaget... ternyata ia tidak pakai celana dalam, yang tersisa hanyalah BHnya.
Kucumbu dan kugerayangi tubuhnya, saat sudah mencapai gumpalan gunung putih itu.... ia menggelinjang... dan ku sibak BH hitamnya itu.
kugerayangin semua badannya dan yang tersisa hanyalah bagian bawahnya yang belum kunikmati, akhirnya tiba juga di persinggahan yang paling nikmat....
Bau vagina yang belum kurasakan sebelumnya....
Saat ku jilat... dia mendesah sedikit keras
"uh.......akh...........ahhhhhhhhh....." desahannya sedikit keras....
"Nikmat gk wi?!?!"
"Aduh... ra...saa.....nya.... wuen...ak te....nan...." jawabnya sedikit terbata-bata menahan jilatanku...
Kuteruskan lagi jilatanku....
dari mekinya... aku menuju mulutnya yang manis itu....
Saat aku sibuk melumat mulutnya, ia membuka semua pakaian yang melekat di tubuhku... dan tersibak lah burung kesayanganku yang cukup lebat dan lumayan besar
"Aduh.. besar sekali punyamu Van..... !"
"heheheheh" tawaku sambil melanjutkan cumbuanku itu
Kuteruskan perjalananku itu.....
"Kumasukkan ya Wi?!?!?"
"ehm..... tapi pelan-pelan yah.... masih perawan sih....!" jawabnya
"Siap Tuan Putriku" jawabku dengan sedikit gombalan
Saat kumasukkan penisku..... sempit sekali.... dan dewi mendesah
"uh......pe...lan...pe..lan..... Van...!"
Blesssssssssssssssssssssssssssssssssssssssssss.... Darah perawan mengalir di semua bagian alat vitalu.
"aaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaa"
Teriaknya.... dan ia pun lemas tak berdaya... akupun menggenjot lagi...
"va...n....ak...u....ma...u....keeeee.....llluuu.. .arr!" katanya dengan terbata bata
"kelu....arr...in....aja....!" jawabku dengan sedikit desahan...
dia pun menggelinjang...cairan hangat keluar....
"a.h......uh............." Desahannya....
"e...n...ak.....te....nan...Va..n..!" desahannya tak kuasa menahan derasnya laju
"aku m...a...u...keee...lu...ar Wi........A....k...u...
ke....luar...kan...di...dala...m ya....h??!?!?" Pintaku....
"c...e...p...a.a.tttttt kkee...llluarr....kan!!!!" pintanya sedikit menahan rasa nyeri di memeknya,...
Keluarlah spermaku dengan deras di vaginanya
Saat sedang lemas lemasnya.... tiba-tiba ada bayangan hitam terlihat di jendela....aku sejenak menghentikan kerjaanku...kubisikan ke Dewi
"Wi...ada yang ngintip tuh!"
"Syapa????!!"
"manaku Tau...!Kuliat yah..." jawabku
Ternyata yang mengintip seorang wanita.....kulihat ia sedang melihat ke arah barangku dan kubuka sedikit jendela.
"Ngapain kamu disini?!?!?!" tanyaku sedikit kesal
"em.....nggak kok mas...maaf!"Jawabnya ketakutan
"Kamu mau nyoba?!?!?" Tanyaku merayu
"Aduh....enggak d mas...!" jawabnya ketakutan setengah mati
"Enggak apa apa kok....!"
Kupakai pakaianku dan keluar rumah.... kutarik tangannya untuk ikut ke pertandingan utama
Dia mengelak.....dan kupaksa dengan sedikit rayuan
"Enggak papa kok..... pasti kamu menikmatinya..."Kataku dengan rayuan yang membuatnya mengiyakan permintaanku...
Saat masuk ke kemar...kutanya siapa dia...
"Syapa namamu???"
"m......Nama saia putri mas...!" jawabnya ketakutan
"O...nama saia irvan...Kelas berapa put?!"
"Ke...las...2 SMA mas...!"
"Oh.....Sudah pernah liad orang beginian put?!?!"
"Sudah...tapi di CD...belum pernah liad yang live...!"
"mau coba?!?!?!" tanyaku...
"Aduh mas......Aku nonton dulu aja d..."
"Ya sudah kalau kamu belum mau menikmati kenikmatan luar biasa ini...!
Aku melanjutkan showku dengan Dewi yang tadi kukacangi...
Setelah beberapa menit...kulihat putri gelisah dan sedikit merangsang setelah mendengar desahan Dewi...
Putri langsung membuka bajunya.......dan tersibaklah semua bagian tubuh yang berwarna putih itu...
"Kamu mau....Putri???" Tanyaku
"Mau mas....dari tadi aku melihat kalian berdua serasa nikmat sekali..." jawabnya
"ya udah...sini kamu...."
Putri menghampiri kami berdua dengan badan bugil yang indah itu...
Toketnya besar....ukurannya sekitar 36B
Wow........tanpa basa basi ku lumat toketnya itu....dan Dewi sibuk
mengulum kontolku......
Dewi merasa sudah mau keluar.....
"Van aku mau keluar ni...."
"ya udah keluarkan...."
Aku langsung tiduran di bawah memeknya.... dan keluarlah cairan yang cukup hangat dan tidak terlalu banyak...dan kusedot habis
setelah ku telan aku langsung mengulum Toket putri sementara dewi sedang tiduran karena keletihan...
Setelah itu... tanpa basa basi kuletakkan kontolku ke liang kenikmatan Putri...
Blupp..blupp..blupp.....Putri mendesah
"a....h.....uh.h.....akh.....aa...."
Blesssssssssssssssssssssss........... darah perawan mengalir 2x di kemaluanku....
"Aaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaa aaaaaaaaaaaaaaaaa"
Teriaknya sedikit keras....
kuteruskan genjotanku...semakin lama semakin cepat...putri sering mendesah
"aa....ukh....a.h......uhh.........a.h......ah.... .."
"Ak...u....m......au.....k...elllll.....u...a....r ....r...ma...s!"
Aku diam saja....dan keluarlah cairan itu....
Saat yang bersamaan aku juga mau keluar....tapi tak kuberitahu ke putri....aku takut ia tak mau menerima cairan ku di memeknya. Langsung kekeluarkan saja di memeknya......
Setelah itu gantian Dewi yang kugerayangi...
Setelah hampir 3 jam aku mengerayangi kedua wanita yang kini sudah hilang keperawanannya.... kami menyudahi pertandingan kami....takut ada yang datang dan kami sedang asyik main sodok2an....
mereka berdua berterima kasih ke saia....
Putri segera bergegas ke kamar mandi membersihkan tubuhnya yang penuh keringat dan aku memakaikan bajunya sambil memegang mekinya dan sedikit cumbuan di toket dan bibirnya.... dan setelah itu Putri pulang dengan letihnya.....
Saat itu juga Dewi membuka sprei yang kotor dengan darah dan menaruhnya di kantong plastik dan ia mencucinya malam hari.....
Saat memakai baju..tiba-tiba suara bel berbunyi....dengan paniknya aku langsung masuk ke kamarku dan tidur....
Sementara dewi...membuka pintu dan ia langsung masuk kekamar dan tidur...
Setiap malam dan ketika kosan kosong kejadian itu terulang... kadang saia lawan 2 wanita...kadang hanya 1 wanita yang menemaniku...
Sampai akhirnya Orang tua Dewi pulang...dan kami jarang melakukan pertandingan kami bertiga karena takut ketauan Oleh orang tua Dewi..
Ini pengalamn kisah nyata gue...sampe sekarang gue masih sering teringat ma tante yang sangat baik bagi gue dia benrnama Tante Keysha. Gue pertama kenal dia di dunia chating, setiap hari selama 1 minggu gue sering chating ma dia dan belum bertatap mu tapi gue dah liat FS nya. Dia begitu cantik dan sexy, apalagi di pic nya dia memperlihatkan dada nya yang indah dan besar banget. Makanya gue semangat chating ma dia, walaupun gue selalu menghabis kan uang saku gue buat chating ma tante tersayang. Dan setelah 1 minggu kami berjanji akan ketemu di suatu restorant di daerah kota Medan.
Saat menunggu dia datang, jantung rasanya nggak menentu, gugup banget dan ini pertama kali gue ketemu ama tante2 yang bener sexy. Dan tiba2 ada yang memangil saya Andre ya...dan saya membalik, Wow mata saya hampir mau copot melihat wanita yang bener2 cantik dan sexy berada di depan saya.
Saat itu dia memakai baju tanktop berwarna putih dan belahan dadanya sangat kelihatan bawahan nya memakai rok mini yang bener2 mini. Setelah satu jam kami bertukar cerita, si tante ngajak jalan...saat itu kami nggak tau tujuan. Tapi kami jalanin aja kota medan sambil becanda di dalam mobil...tanpa kami sadari kami udah berada di Brastagi di daerah kota Medan. Hmmm si tante sempat kaget...koq kita ke sini ndre. Aku bingung mau jawab apa? trs tante bilang, ya udah deh kita nginap di hotel aja yah, kamu mau nggak? tanpa menolak saya langsung iya kan ajakan nya. Kami menginap di hotel yang sangat mewah. Saat memasuki kamar hotel aku sangat gugup...gue nggak tau apa yang mesti gue lakuin nih ke si tante, gue bener binggung.
Karena kami nggak membawa perlengkapan baju, kami sempatin belanja di sekitar pingiran jalan Brastagi...si tante beli baju tidur yang sexy bgt..waduh pada saat itu penis gue terus tegang. Sesampainya di hotel gue mandi, setelah gue dah selesai mandi si tante pergi mandi juga. Setelah itu kami berdua nonton TV sambil baecanda sesekali. Tiba2 si tante bilang kamu nggak kedinginan ndre...tanpa banyak komentar si tante langsung ku peluk biar hangat. Tiba2 si tante mulai nyiumin dan jilatin kuping gue. Gue bener Horny bgt...langsung aja gue ciumin bibir nya...wow begitu lembut. Ciuman kami semakin panas dan tangan gue mulai bermain di dada montok si tante. Dada tante bener2 masih ketat n padat, tangan gue mulai masuk kedalam baju daster nya si tante dan gue memainkan puting nya yang cukup gede.D an tante Keysha mulai mendesah nggak karuan. Gue tetap memainkan puting nya sambil meremas2 buah dadanya. Tante Keysha mulai buka baju kaos gue dan celana gue, tangan tante mulai nakal maini penis gue dari luar. Dan gue juga buka daster nya tante....wow buah dada nya tante bener gede bgt dan padat puting nya yang merah jambu...hmmmm. Lansung gue lumat sambil jilatin puting nya yang bener2 mengoda....dan tangan gue satu lagi sambil meremas2 buah dadanya yang satu lagi. Tangan si tante sekarang dah masuk ke dalam celana dalam gue.
Tiba2 dia nolak gue supaya gue telentang....dia terus buka celana dalam gue trs jilatin penis gue. Gilak enak bgt bro jilatan si tante...mhhhh gua sambil mendesah nggak karuan. Udah cukup lama si tante jilatin penis gue...gue tidurin dia di tempat tidur dan sekarang giliran gue jilatin vagina nya si tante. Saat gue buka cd nya tante yang berwarna hitam..duh tuh vagina indah bgt..seperti kerang dan berwarna kemerahan...muncung. Guelangsung mendarat di klitoris nya si tante.......mhhhhhhh.....ouuggghhh si tante mendesah desah enaka bgt ndre ouuugghhhhh dan jari tengah gue, gue masukin ke dalam lubang vagina nya tante...dan tante desahan nya tambah deras. Lidah gue trs memainkan vagina tante....jari tengah gue gue cabut dan lidah gue sekarang yang masuk ke dalam lubang nya...ouuugggghhh ndre oouugghhh enak sayang enak bgt...ndre tante mau keluar ni...setelah 5 detik langsung lidah gue dibanjirin dengan cairanyang rasanya agak2 asin and kental bgt. Terus si tante lansung minta masukin penis gue kedalam lubangnya. ouugghhhh vagina nya tante masih sempit bgt padahal dia sudah punya 2 anak.
"Ouugghhhh pelan2 ndre....mmhhhh gue bener nggak tahan nih..."
Langsung gue genjot n gue puter puter penis gue di dalam vagina nya tante.
"Oouuggghhhhh yang kencang ndre, Tante mau keluar lagi nih"
Dalam hati gue wow si tante dah keluar 2 kali sedangkan gue belom keluar.
"Tambah kencang ndre...ouuggghhhh" Tante jambakin rambut gue dan terasa banjir bgt di dalam lubang itu rupanya si tante dah keluar. Gue ganti posisi sekarang si tante dia tas...dia sanagt mahir membuat putaran yang sangat mengasyikan..oouugghhh tangan gue mulai meremes2 dada nya tante sambil memlintir2 puting nya yang membesar karna horny....oouuggghhhhhh gue ikutan goyangin pantat gue....oouuugggg gue dah mulai mau keluar dan si tante juga dah mau keluar lagi......goyangan si tante makin kencang...ooouuuggghhhhh kami berdua mendesah bersamaan. Akhirnya sperma gue dah muncrat di dalam vagina nya si tante.
Kami menginap 3 hari di Brastagi, hampir setiap saat kami melakukan nya. Tante Keysha bener kuat bgt. Sekarang masih sering kencan ma tante di tempat yang sangat tertutup. Makasih tante, tante bener2 baik bgt.
“Disini lebih hangat kan, Lix ?” “Iya hangat Ci, sedikit basah gitu” “Coba lu masukin jarilu lebih dalam lagi ke situ, pelan-pelan aja” Dua jadinya pelan-pelan memasuki liang kenikmatanku, melewati dinding yang bergerinjal-gerinjal. “Sekarang coba lu gosokin daging kecil yang...ahhh !!” aku tak tahan untuk tak mendesah sebelum selesai menjelaskan karena sensasi yang ditimbulkannya, Felix sudah terlebih dulu mengepit benda itu diantara dua jarinya dan mengusap-usapnya “Kenapa Ci ? sakit ?” tanyanya polos “Nggak...enak terusin Lix, itu yang namanya klitoris, daerah rangsangan cewek, ayo gituin lagi !!” Dia melanjutkan usapannya pada klitorisku dan semakin lama semakin nikmat. Mulutnya kembali mencaplok payudaraku. Aku menggelinjang keenakan dengan nafas makin memburu, tanganku mencengkram pundaknya dan membelai kepalanya. “Oohh...yess...gitu, i like it...terus...terus !!” desahku sesekali menggigit bibir bawah Lagi enak-enaknya terbuai tiba-tiba HP-ku berbunyi, sehingga Felix berhenti sejenak melihat asal suara “HP lu tuh Ci, mau diangkat ?” tanyanya “Udah ah biarin aja...ayo lagi tanggung nih !” kataku sambil membenamkan wajahnya ke dadaku lagi Dari ringtonenya aku tahu itu pasti salah satu dari geng-ku, kalau tidak Verna, Indah, atau Ratna, paling-paling mau ngajak jalan atau ketemuan, nanti juga bisa. “Ci, tapi itu...kalo penting...?” tanyanya lagi “Cerewet, ayo terusin lagi, bukan urusanlu !” bentakku membenamkan lagi wajahnya ke dadaku Kamipun kembali berpacu dalam nafsu, ringtone HP-ku terus berbunyi sampai berhenti beberapa saat kemudian. Dia kini lebih ahli melakukan tugasnya, hisapannya pada payudaraku semakin mantap, pipinya sampai kempot menghisapnya. Tangannya pada vaginaku bukan cuma mengusap-usap saja, namun sudah berani menusuk-nusuk sambil tetap memainkan klitorisku. Sebelum dia membuatku orgasme aku memegang pergelangan tangannya dan menyuruhnya menarik keluar dari vaginaku. Jari-jarinya basah sekali oleh cairan kewanitaanku. Aku mencegahnya waktu dia mau mengelap jarinya itu. “Jangan dibuang dong, mubazir” cegahku “Hah, tapi lengket gini Ci, emang mau diapain ?” tanyanya heran Aku tidak menjawabnya selain mendekatkan telapak tangannya ke mulutku, kemudian kumasukkan jari telunjuknya ke mulutku, kuemut dengan penuh perasaan merasakan cairanku sendiri. Tatapan mataku yang binal menatap wajahnya yang terbengong-bengong dengan tingkahku yang liar. “Coba Lix, rasain deh sarinya cewek seperti gua tadi !” kudekatkan jari-jari basah itu ke mulutnya Mulanya dia agak ragu-ragu dan risih mencicipi cairan itu, namun karena kubujuk terus akhirnya dia pun pelan-pelan menjilati juga cairanku yang belepotan di jarinya itu. “Terus..lagi di sebelah sana tuh, belum habis” aku menyemangatinya karena dia ragu-ragu menjilatinya. “Gimana rasanya ?” tanyaku dengan tertawa tertahan “Aneh Ci, tapi lama-lama enak juga sih”
Setelah itu aku menyuruhnya rebahan lalu aku naik ke atasnya. Aku melepaskan kacamatanya lalu menaruhnya di meja kecil sebelah ranjang. Kami berpelukan erat dan kembali berciuman dengan penuh gelora. Sambil berciuman tangannya menjalar turun mengelus punggungku dan meremas kedua belah pantatku. Nafas kami sudah demikian memburu sehingga hembusannya terasa pada wajah masing-masing. Mulutku merambat ke bawah menciumi lehernya dan terus ke dadanya, putingnya kucium dan kugigit agak keras sambil menariknya.
“Aooww...Ci...nakal lu yah...kaget tau !” tersentak kaget dengan gerakan agresifku
Aku tertawa cekikikan karena reaksinya, dasar amatiran, lucu banget ML sama yang model ginian. Sesaat kemudian aku meraih penisnya dan mulai mengarahkannya ke vaginaku.
“Selamat yah sebentar lagi lu jadi pria dewasa” ucapku seolah menyalaminya yang sedang menuju saat-saat terakhir keperjakaannya.
Pelan-pelan aku menurunkan badanku hingga benda itu melesak ke dalamku diiringi desahan kami. Aku melihat wajahnya yang meringis antara rasa perih dan enak merasakan barangnya dijepit vaginaku. Setelah masuk setengahnya aku langsung menduduki penisnya dan bless...amblaslah benda itu seluruhnya ke dalamku. Aku mendesah panjang, begitupun Felix, matanya melotot dan mengerang merasakan jepitan dinding vaginaku pada penisnya yang merenggut keperjakaannya.
Aku sengaja mendiamkan sejenak penisnya tertancap padaku supaya dia bisa beradaptasi dan meresapi saat-saat pertamanya dulu. Kemudian aku mulai menggoyangkan pinggulku pelan-pelan.
“Enak say ?...eeemmhhh !” tanyaku lirih
“Iya Ci....oohh...enak abis...ughh, mantap !”
Gerakan naik-turunku bertambah cepat secara bertahap, payudaraku mulai ikut bergoyang-goyang seirama goyang badanku.
“Mainin toked gua Lix...ohhh !” pintaku manja sambil menaruh tangan kanannya ke payudaraku
“Aahh..ahhhh...yang keras pencetnya !” desahku makin gila bersamaan dengan birahiku yang makin tinggi
Hentakan badanku makin keras sampai kepala penis itu terkadang menyodok-nyodok rahimku. Keringat pun bercucuran pada tubuh dan wajah kami apalagi kamar ini tidak ber-AC, cuma dipasang exhaust van di atas pintu. Walaupun aku berusaha agar tidak terlalu gaduh mengingat hari masih terang dan banyak orang lalu lalang, namun sesekali aku tak kuasa menahan jeritan
kecil kalau hentakannya kencang atau mengenai G-spot ku. Memang tidak nyaman melakukannya pada saat dan tempat seperti ini, tapi kalau sudah kebelet ya apa boleh buat, lagipula ada sensasi tersendiri juga bermain dalam keadaan tidak safe seperti ini.
Tak lama kemudian aku merasakan perasaan yang luar biasa sehingga secara alami goyangan badanku bertambah kencang, hal ini membuat erangan kami semakin terdengar. Tanpa mengurangi frekuensi genjotan aku menunduk melumat bibirnya dengan tujuan meredam suara kami agar tidak mengundang perhatian. Akhirnya ketika gelombang orgasme menerpa, yang terdengar hanya erangan tertahan, dengan refleks aku menekan vaginaku hingga penis itu tertancap maksimal, Felix jadi kelabakan karena aku menghisap lidahnya dengan kuat ditambah pelukanku yang makin erat. Akhirnya tubuhku melemas di atasnya dengan penis masih menancap di vaginaku. Dibelainya rambut dan punggungku dengan lembut.
“Ci, itu tadi yang namanya orgasme yah ? gila banjir banget lu tadi, tapi enak, hangat !” komentarnya
“Kamu capek Ci ? udah lemas gini” tanyanya melihatku yang bernafas ngos-ngosan.
“Nggak, lu juga masih kuat kan, sekarang kita ganti gaya yah !” kataku sambil bangkit dan bertumpu dengan kedua tangan dan lututku
Pinggulku kutunggingkan seakan menantangnya memperlihatkan kemaluanku yang merah dengan bulu-bulunya hitam yang lebat. Tanpa harus kuajari lagi Felix menempelkan penisnya pada bukit kemaluanku yang becek. Dengan mesra dia membenamkan penisnya sedikit demi sedikit.
“Ooohh...yeahh ! fuck me like that...uuhh...i’m your bitch now !” erangku liar
Ronde berikutnya pun dimulai, kami saling memacu tubuh kami dalam posisi doggy. Sambil menggenjotku, tangannya memijati payudaraku yang bergelayutan dengan lembut, kupegangi tangannya agar remasannya ke payudaraku tambah keras, tubuhku kugoyangkan berlawanan arah dengan sentakannya sehingga sodokan penisnya makin terasa. Tidak sia-sia ajaranku, ternyata dia tidak mengecewakan seperti perkiraan dulu. Lima belas menit kemudian, kami berganti posisi lagi, aku telentang di tengah ranjang membuka lebar kakiku sementara dia tetap dalam posisi berlututnya diantara kedua pahaku.
Sekarang dia yang memegang kendali tanpa arahan-arahan dariku lagi, kedua betisku dinaikkan ke pundaknya, tangannya turut aktif menjelajahi tubuhku. Yang kulakukan kini hanyalah mendesah, menggeleng-gelengkan kepala dan menggigit jari menikmati hasil pengajaranku. Aku lalu menurunkan kedua betisku itu dan meraih lehernya, mengisyaratkan agar dia maju menindihku. Kami sudah demikian hanyut dalam kenikmatan sampai dua SMS yang masuk ke HP-ku pun tidak mengusik kami. Sambil terus menggumuliku, dia menciumiku di mulut, pipi, telinga, dan leher
“Ahh-ahhh...Lix, kita coba keluar barengan ya, lu udah mau kan” desahku sambil mempererat pelukan ketika kurasakan perasan itu sudah mendekat
“Iyah Ci, gua juga udah mau !” jawabnya terengah-engah sambil mempercepat genjotannya.
Kembali aku mengalami klimaks bersamanya yang lebih panjang dari sebelumnya, tanpa peduli keadaan aku mengerang panjang melepaskan segala perasaan yang ada dalam diriku. Disaat bersamaan pula, Felix menyusul ke puncak dengan menyemburkan maninya yang kental ke vaginaku hingga bercampur dengan lendir kewanitaanku.
“Oouuughh...!” dia pun melenguh panjang mengakhiri permainan ini
Kami berciuman dalam pelukan menikmati sisa kenikmatan hingga akhirnya terkulai lemas bersebelahan namun masih tetap berpelukan, mata kami saling pandang satu sama lain tanpa berkata-kata karena masih lelah.
“Ci, lu bakal hamil ngga ntar, takutnya...” tanyanya dengan khawatir
Aku tersenyum dengan pertanyaan polosnya lalu menjawabnya sambil memegang hidung kecilnya
“Ah lu, udah ngelakuin baru tanya akibatnya, tapi tenang, cewek kan ada masa-masa suburnya dan sekarang gua lagi aman kok, masa gitu aja ga tau sih ? kaan dulu di biologi ada ?”
“Iya sih, tapi kan prakteknya gua belom gitu jelas, sekarang baru dijelasin ama lu hehehe” dia tertawa renyah
“Eh Ci, gambar yang ini buat gua aja yah, buat kenangan pertama kalinya gua ngelukis bugil, ntar kalau mau gua gambarin lagi buat lu, please” pintanya
Aku sih iya-iya saja, toh niatku menggodanya sudah tercapai.
Hari-hari berikutnya, kami beberapa kali bekerjasama membuat ‘karya seni’. Tidak jarang aku memberi saran mengenai latar dan pose. Kami saling berbagi pengalaman, aku mendapat pengalaman sebagai model lukisan, dia pun mendapat banyak wawasan untuk meningkatkan bakat seninya dan tidak ketinggalan pelajaran seks dan hubungan sosial dariku. Kini Felix sudah
lebih pandai bergaul, tidak sekuper dulu lagi. Bahkan pernah dia mengutarakan perasaannya padaku, namun sayang aku harus menolaknya dengan halus, karena aku belum siap mendapatkan pacar lagi sejak hubungan cintaku di masa lalu kandas tiga kali. Kami tetap berteman baik hingga kini.
Ketika aku lulus beberapa bulan lalu dia telah mempunyai pacar. Syukurlah, aku pun senang karena bisa membantunya belajar mengenai hidup dan membuatnya lebih terbuka.
Selesai........
“Gimana bisa kita mulai kan menggambarnya” kataku sambil membaringkan tubuh di ranjangnya “Bentar Ci” sahutnya lalu mengunci pintu terlebih dulu “kalo ada yang masuk kan berabe” “Posisi gini gimana ? bagus ga ?” aku berbaring menyamping dengan menopang kepalaku dengan tangan kanan ditekuk “Kurang Ci, biasa aja, mending lu tumpuk itu bantal buat sandaran tangan terus duduk bersimpuh, kayanya lebih bagus” pintanya setelah mengamati sejenak. “Gini ?” tanyaku mengikuti arahannya “Ya, lebih tegak dikit Ci, ya gitu ok” aturnya Dia duduk di kursi seberang ranjang sana memegang clipboard. Sebelum mulai dia minum dulu untuk menenangkan diri. Lewat lima menit, dia geleng-geleng kepala melihat kertasnya, lalu ditariknya kertas itu dan diremas-remas. “Kenapa Lix ? gagal ?” tanyaku “Sory Ci, belum biasa sih jadi ga bagus tadi, sekali lagi yah, sory ngerepotin” “Ya udah, santai aja, lama-lama juga biasa kok” Kali ini sepertinya dia sudah lebih enjoy melakukan aktivitasnya, tangannya bergerak dengan cepat diatas kertas, mengganti-ganti pensil, mengambil kapas dan penghapus, ibarat Leonardo yang melukis bugil Kate Winslet di film Titanic itu. Ternyata jadi model lukisan gini capek juga loh, harus diam terus dan menjaga ekspresi wajah selama beberapa saat lamanya, semenit jadi seperti satu jam rasanya. “Wuiihh...finally !” sahutnya dengan bernafas panjang setelah empat puluh menitan bekerja keras “Udah Lix ? coba gua liat dong hasilnya sini” pintaku tak sabar ingin melihat hasilnya Dia berjalan ke sini dan duduk di tepi ranjang memperlihatkan karyanya kepadaku “Puas ga Ci ? sory yah kalo jelek kan baru kali ini” Aku mengamat-amati gambar itu sejenak, harus kuakui hasilnya lumayan, walaupun mukaku terlihat lebih lebar di gambar itu, namun secara keseluruhan sudah ok. Aku tahu dia terus memandangi tubuh polosku sejak tadi, tapi kubiarkan saja dia menikmatinya sambil aku melihat gambarnya. “Hhmm...ga nyesel kayanya gua cape-cape duduk telanjang selama ini yah, ya ga Lix ?” kataku sambil menolehkan wajah melihatnya yang sedang memperhatikanku yang tanpa tertutup sehelai benangpun dengan wajah memerah. “Eh..kenapa lo Lix, kok ngeliatin gua sampai kaya gitu, belum pernah liat cewek bugil ya sebelumnya ?” ujarku dengan tersenyum nakal “Liat aja sih sering Ci, tapi kalau yang beneran baru kali ini, pernah juga melihat adik gua baru keluar mandi itu juga ga sengaja” katanya sambil garuk-garuk kepala “Jadi pegang-pegang badan cewek ga pernah dong ?” tanyaku memancingnya “Walah apalagi itu Ci, pacar aja belum, mo sama siapa” dengan sedikit terkekeh
“Terus gimana reaksilu ngeliat gua ga pake apa-apa di depan lo gini ?”
“Wah...gimana yah, susah omongnya nih, ya agak shock juga tadi abis baru
kali ini” jawabnya gugup
“Ada pikiran macam-macam gitu ngga waktu ngegambar tadi ?” pancingku lagi
“Emmm...macam-macam gimana contohnya Ci ?” tanyanya pura-pura bego atau memang bego nih, ga taulah, who care, lucu juga aku dengan tingkahnya ini
“Ya misalnya gini nih” seraya kuraih tangannya dan kuletakkan pada payudara kiriku.
Terasa sekali tangannya gemetaran memegang dadaku, mulutnya melongo tak sanggup berkata-kata dan mukanya tambah merah saja. Kubimbing tangannya meremas-remas payudara montokku.
“Mmhh...gitu remasnya, pakai perasaan...putingnya juga”
Dia menuruti apa yang kuajarkan walau masih diam terbengong. Setelah gemetarnya berkurang aku memulai aksi terusannya, kudekatkan bibirku padanya hingga saling berpagutan.
“Mulutnya dibuka Lix, jangan kaku gitu, gua ajarin lu cipokan” bisikku dengan nada manja
Dengan agresif lidahku menjelajahi mulutnya, menyapu ke segenap penjuru, menjilati lidahnya mengajak ikut bermain sehingga pelan-pelan lidahnya juga mulai aktif mengimbangiku. Tangannya pun tanpa kubimbing lagi sudah menikmati payudaraku dengan lebih semangat, bahkan kini dia lebih berani menjulurkan tangan satunya ke belakangku dan mengelusi punggungku.
Setelah puas berciuman, perlahan aku menarik mulutku, air liur nampak menetes dan berjuntai seperti benang laba-laba ketika mulut kami berpisah pelan-pelan.
“Itu tadi namanya Frech Kiss, Lix, udah bisa belum ?”
“Ho-oh, seru banget, lagi dong Ci !” pintanya
“Eiitt...sabar dulu, jangan buru-buru, masih banyak yang lebih seru” kataku sambil membukakan kaosnya dan melemparnya ke kursi “Lu berdiri dulu dong, gua bantu buka celananya !”
Dia bangkit dari duduknya dan berdiri di depanku yang duduk di pinggir ranjang. Kulucuti celananya tanpa menghiraukan reaksinya yang malu-malu, terutama ketika akan kubuka celana dalamnya.
“Iihh...rese amat sih, minggir sana tangannya, gua bugil di depanlu aja santai, masa lu yang cowok malu-malu kucing gini !” bentakku pelan
“Iya...iya Ci, sori habis baru pernah nunjukin anu gua ke cewek sih” katanya gugup membiarkan celana dalamnya kuturunkan.
Aku melihat penisnya yang sudah tegang lalu kugenggam dengan jari-jari lentikku.
“Wah, belum maksimal nih ngacengnya, liat aja nanti kalau udah ngerasain mulut gua, pasti ketagihan lu, hehehe...!” pikirku mesum
“Udah gede gini juga masih bilang malu, munafik lo ah !” ujarku sambil mengusapnya.
Kumulai dengan mengecup kepala penisnya dan memakai ujung lidahku untuk menggelikitiknya. Kemudian lidahku turun menjalari permukaan benda itu, sesekali kugesekkan pada wajahku yang halus, kubuat penisnya basah oleh liurku. Bibirku lalu turun lagi ke pangkalnya yang dipenuhi bulu-bulu, buah pelirnya kujilati dan yang lainnya kupijat dalam genggaman tanganku. Beberapa saat kemudian mulutku naik lagi dan mulai memasukkan benda itu ke mulutku. Kuemut perlahan dan terus memijati pelirnya.
“Aaa..ahhh..geli Ci...uuhhh !” desahnya bergetar
Kulihat ekspresinya meringis dan merem-melek waktu penisnya kumain-mainkan di dalam mulutku. Kujilati memutar kepala kemaluannya sehingga memberinya kehangatan sekaligus sensasi luar biasa. Semakin kuemut benda itu semakin keras dan membengkak. Aku memasukkan mulutku lebih dalam lagi sampai kepala penisnya menyentuh langit-langit tenggorokanku. Setelah beberapa lama kusepong, benda itu mulai berdenyut-denyut, sepertinya mau keluar.
Aku makin gencar memaju-mundurkan kepalaku mengemut benda itu. Felix makin merintih keenakan dibuatnya, tanpa disadarinya pinggulnya juga bergerak maju-mundur di mulutku. Tak lama kemudian muncratlah cairan kental itu di dalam mulutku yang langsung kusedot hingga tuntas. Kulirikan mataku ke atas melihatnya merintih sambil mendongak ke atas, tangannya mengucek-ucek rambutku.
Sisa mani yang belepotan di batangnya kujilati hingga bersih, lalu aku merebahkan diriku di ranjang dan menarik tangannya agar berbaring menindihku, gambar itu kubiarkan jatuh ke lantai, daripada kusut di ranjang tergencet tubuh kami nanti.
“Wah...sumpah enak banget tadi itu Ci !” katanya di dekat wajahku
“Itu tadi baru pemanasannya, sayang, kita masih belum beres” kataku sambil membelai lembut rambutnya
“Yuk, sekarang nyusu aja dulu sambil istirahat” suruhku memberi syarat padanya untuk melumat payudaraku
“Gua isep sekarang yah Ci” katanya dengan kedua tangan sudah mencaplok sepasang payudaraku.
Aku mendesis dan tubuhku menegang merasakan mulut Felix mulai beraksi di payudaraku. Bongkahan dada kananku dia jilati seluruhnya hingga basah, lalu dikenyot-kenyot di dalam mulutnya. Kepalanya kudekap erat pada payudaraku. Selesai dengan yang kanan kini dia melakukan hal yang sama terhadap yang kiri yang sejak tadi dia remasi dengan tangannya. Kedua payudaraku jadi basah oleh liurnya. Tangannya mulai berani menyusuri lekuk-lekuk tubuhku, pantatku yang sekal dia elus-elus sambil terus menyusu. Kuraih telapak tangannya yang lagi mengelus pantatku dan menggiringnya ke vaginaku.
Bersambung.................Bagian 3
Dia melanjutkan usapannya pada klitorisku dan semakin lama semakin nikmat. Mulutnya kembali mencaplok payudaraku. Aku menggelinjang keenakan dengan nafas makin memburu, tanganku mencengkram pundaknya dan membelai kepalanya. “Oohh...yess...gitu, i like it...terus...terus !!” desahku sesekali menggigit bibir bawah..............