Friday, March 2, 2012

Puisi Pagi Hari



Tetes embun
Jernih berkilau
Hangat mentari menyapa
Pantulkan cahaya gemerlapan


Anak kecil berjalan
Lintasi pematang menuju sekolah
Ditendangnya ilalang
Percikan air berhamburan


Udara sejuk menyertai
Langkahnya bertelanjang kaki
Merasakan sisa hujan semalam
Lumpur kecoklatan penuhi mata kakinya


Sepatunya diatas pundak
Jalanan terlalu kotor
Untuk sepatu barunya
Tahun lalu


Dua buah uang logam
Tak pernah terpakai
Minggu lalu diterimanya
Masih utuh dalam kantong celananya


Anak petani desa terpencil itu
Bertekad menjadi pintar
Agar tidak seperti orang tuanya
Karena mereka memintanya


Pesan itu selalu terngiang
Orang tuanya di ujung telinga
Nak, jangan kau menjadi bodoh dan miskin!
Karena kami sudah kenyang

No comments:

Post a Comment