TOKYO - Tatto dari anggota mafia asal Asia, Yakuza, terlihat berbeza dengan tatto umumnya dan memiliki bentuk yang menyerupai sebuah kimono. Hal itulah yang membuat seorang mantan pimpinan Yakuza beralih profesi menjadi tukang tatto.
Horiyoshi III sudah cukup lama berkecimpung di organisasi kriminal asal Jepun. Namun lelaki yang mahir membuat tatto itu mencoba untuk menghilangkan citra buruk dari tatto, yang selalu dikaitkan dengan jenayah.
"Tatto memiliki citra buruk di manapun, terutama di Jepun. Banyak warga yang menilai, tatto adalah suatu yang mencerminkan kriminalitas dan banyak warga Jepang yang takut dengan tatto," ujar Horiyoshi III, seperti dikutip Daily Mail, Minggu (17/6/2012).
Tantangan yang dihadapi Horiyoshi III terlihat cukup sulit, namun baginya, kulit tetap menjadi sebuah kanvas untuk melukiskan mitos-mitos dan legenda Jepun. Seniman itu terinspirasi dengan Hokusai, seorang seniman yang pernah menggambar tsunami dan Gunung Fuji.
Murid Horiyoshi pun mengatakan, ada keunikan dan perbezaan yang cukup mencolok antara tatto Barat dan Asia. Di Barat, tatto umumnya dikaitkan dengan hasrat atau sikap dari individu pemilik tatto. Namun di Jepun, individu tidaklah penting.
Bagi warga Jepun, tatto digunakan sebagai identiti kelompok. Sebuah kelompok atau organisasi pun, memiliki satu orang pen-tatto, seperti halnya yang dilakukan Horiyoshi III.
Hingga saat ini, banyak warga Jepun yang bertatto dilarang untuk memasuki sejumlah pusat rekreasi di Jepun dan pusat kesihatan, seperti halnya pemandian air panas dan lainnya. Mereka yang bertatto juga sulit untuk mendapat pekerjaan.(rhs)
No comments:
Post a Comment