Friday, February 24, 2012

Cara Mengendalikan Marah (Tips Agar Emosi Menjadi Sebuah Relaksasi yang Menyehatkan)



“Marah” sebuah expressi dari ketidak setujuan atau ketidak sesuaian, antara keinginan dan kenyataan yang terjadi. Dalam hal ini, marah adalah perasaan yang spontanitas karena stimulus yang mendorong perasaan tidak nyaman itu muncul.

Marah merupakan sebuah ‘signal’, atau pertanda segala ketidak sesuaian. Dan biasanya espresi tersebut bisa berakibat fatal jika tidak bisa mengendalikan atau mengelolanya. Oleh karena itu, marah harus bisa di ketahui dan dikelola agar tidak menimbulkan penyesalan di kemudian hari.

Menurut Harriet Lerner, marah adalah suatu tanggapan dari perlakuan tidak adil. Adapun ketildakadilah tersebut adalah sebuah pesan yang menyatakan :
  • Kita itu sedang dilukai, 
  • Hak kita sedang dilanggar
  • Kebutuhan atau keinginan kita sedang tidak dipenuhi
  • Ada sesuatu yang tidak benar.

Berikutnya, ada beberapa psikologi di bawah ini yang menyatakan manfaat marah. Ini adalah sebuah upaya pengaturan marah agar bisa dikendalikan sehingga tidak melampui batas wajar dalam menexspresikannya. Sehingga bisa membuat marah tersebut menjadi hal yang menguntungkan.

Pertama,  menurut Charles Spielberger, Ph.D., seorang ahli psikologi yang mengambil spesialisasi studi tentang marah. Marah adalah suatu perilaku yang normal dan sehat yakni sebagai salah satu bentuk ekspresi emosi manusia. Seperti bentuk emosi lainnya, marah juga diikuti dengan perubahan psikologis dan biologis. Ketika Anda marah, denyut nadi dan tekanan darah meningkat, begitu juga dengan level hormon, adrenalin dan noradrenalin.

 Kedua, menurut Mark Gorkin seorang konsultan pencegahan stres dan kekerasan, membagi marah dalam empat kategori; marah yang disengaja, marah spontan (marah yg dilakukan secara tiba-tiba), marah konstruktif (marah yang disertai ancaman terhadap orang lain) dan marah destruktif (marah yang ditumpahkan tanpa rasa bersalah).

Ketiga, marah merupakan satu bentuk komunikasi. Karena adakalanya orang lain baru mengerti maksud yang ingin disampaikan ketika kita marah. Bentuk penyampaian marah bisa berbeda-beda bergantung pada lingkungan dan kondisi sosial budaya yang membentuknya. Di Jepang, orang sering diam saat marah karena memang orang-orang Jepang tidak terbiasa mengekspresikan perasaannya. Berbeda dengan orang Amerika yang lebih berterus terang mengungkapkan perasaannya atau sama halnya dengan Suku Batak di tanah air kita.

 Keempat, marah adalah manusiawi. Marah memang bisa dikendalikan menjadi sebuah relaksasi yang menyehatkan. Marah yang bisa berdampak buruk adalah marah yang tidak dikelola. Hal ini sudah terbukti pada sebuah penelitian yang menyatakan marah akan lebih baik daripada memendam perasaan jengkel. baik secara fisik maupun secara psikologis. Karena jika di pendam, marah akan mengakibatkan banyaknya saraf yang kaku (dalam jangka panjang biasanya bisa menimbulkan stroke).

 Selanjutnya, Bagaimana mengelola marah sehingga bisa menjadi menyehatkan?

Berikut ini adalah tips agar marah dapat menjadi expresi perasaan yang tidak merugikan.

  •           Lontarkan kemarahan atau kejengkelan Anda sewajarnya saja. Sampaikan, penyebab utama kejengkelan itu. Bukan marah yang sekadar menuruti emosi yang meledak-ledak, kemudian melampiaskannya melalui kata-kata, ekspresi dan perlakuan yang kasar karena dapat merugikan orang lain. Untuk itu, dalam keadaan marah kita harus mengedepankan rasio. Sehingga kemarahan itu jadi lebih terkendali
  •           Mengidentifikasi kesalahan sikap dan pendirian yang memengaruhi seseorang menjadi marah secara berlebihan. Bila telah diketahui dan diperbaiki kesalahan ini, umumnya Anda bakal lebih mudah mengendalikan marah.
  •           Mengidentifikasi faktor-faktor dari masa kecil yang menghambat kemampuan untuk mengekspresikan amarah. Faktor-faktor ini termasuk ketakutan, penolakan dan ketidaktahuan.
  •          Mempelajari cara tepat untuk mengekspresikan kemarahan sehingga tetap dapat menguasai situasi yang menimbulkan kemarahan itu, bahkan secara lebih efektif.
  •           Menutup luka-luka yang mungkin tertinggal oleh pengaruh emosional dari kemarahan yang menghancurkan.
Semoga bermanfaat…

***
Sumber :
http://www.ipcchurch.org.au/
http://www.osserem.me/


Gambar : Shuterstock

No comments:

Post a Comment