Thursday, August 30, 2012

Penemuan Emas Itu adalah Musibah Kami



Grace adalah seorang anak berumur 7 tahun. Dia tinggal di daerah terpencil di pulau Buru.  Bersama dengan keluarga sederhananya. Setiap hari Grace pergi ke sekolah dengan berjalan kaki menyusuri sebuah jalanan yang belum di aspal. Di musim hujan, dia biasanya berjalan dengan telanjang kaki. Karena jalanan becek dan mengotori sepatunya. Grace biasa mencuci kaki dan mengenakan sepatunya ketika sudah sampai di sekolah.
Grace sangat periang dan senang bermain sepak bola. Meskipun perempuan, dia memang suka untuk memainkan permainan laki-laki. Kemampuannya bermain sepak bola cukup diandalkan oleh teman temannya, sehingga ketika saatnya bermain, dia selalu menjadi rebutan. Banyak temannya yang menginginkan Grace untuk bersama dalam permainan itu, mereka tidak ingin menjadi lawan bermain Grace.
“Grace! Beta satu tim sama ngana, neh?” David berkata sambil berjalan menuju Grace
“Oooh tidak… Ale deng Jhony, jo!”
Fredy mendorong David sambil berkata itu, Kemudian dia menyuruh David untuk satu tim bersama Jhony. Sementara itu, Grace berdiri sambil dipegangi tangannya oleh Peron dan tiga temannya yang lain. Mereka hanya berjumlah sepuluh orang, jadi satu tim hanya berjumlah lima orang saja.
Setelah sepakat, merekapun memulai pertandingan Sepakbola. Tidak ada yang istimewa hari itu, karena seperti biasa Grace selalu menjadi andalan untuk memenangkan sebuah permainan sepak bola. Disisi lain, Grace selalu menjadi pemain yang diawasi oleh pemain lawan. Hari itupun tim Grace memenangkan pertandingan, seperti pada pertandingan sebelumnya saja. Jika ada Grace, biasanya pertandingan dimenangkan oleh timnnya.
***
Sudah hampir satu minggu Grace tidak terlihat ceria seperti biasanya. Dia menjadi pemurung dan sering melamun,  rupanya ada yang dipikirkan olehnya. Hingga ketika Jhony bersama kawannya mengajak main bola pun Grace terlihat tidak bersemangat. Dia memilih untuk pulang ke rumahnya saja.
Teman-temannya mulai khawatir dengan keadaan Grace. Mereka kemudian membicarakan sebuah rencana. Jhony dan David mengusulkan untuk datang ke rumah Grace, mereka beranggapan bahwa mungkin ibunya sakit lagi. Karena beberapa bulan lalu Grace pernah terlihat murung, dan penyebabnya adalah Ibunya yang sakit karena sering bekerja terlalu lelah.
Sejak ayahnya meninggal, ibunya memang satu satunya orang yang tinggal dan membiayai kebutuhan Grace. Terkadang Grace juga mengikuti ibunya ke pasar untuk membeli ikan dan segala kebutuhan di warung makannya. Grace memang tidak begitu banyak membantu, tapi ibunya senang jika Grace ikut bersama. Karena Grace sering bercerita keadaan di sekolah dan teman-temannya. Sehingga ibunya tidak merasa kesepian dalam perjalanan.
Mungkin karena sering berjalan kaki, sehinggga Grace menjadi anak yang sehat dan kuat. Sehingga dalam permainan sepakbola saja dia selalu menjadi andalan. Dia juga lincah dan selalu membuat keceriaan bersama, walaupun terkadang temannya menyebut dia dengan sebutan Geraduz. Yaitu istilah untuk orang yang asal atau tidak memperhatikan penampilanya. Grace memang berbeda, dia cuek tidak seperti anak perempuan lain yang senang berdandan.
“Graaace!..Graaace!..”
Jhony dan kedua temannya sudah berada di depan rumah Grace. Mereka membawa beberapa bungkusan untuk diberikan kepada Grace. Sepertinya mereka sudah mempersiapkan itu dari rumah mereka masing-masing. Karena bungkusan itu terlihat rapi seperti dibungkus oleh orangtua atau kakaknya.
“Di muka, Grace”
Jhony berkata bahwa dia sudah berada di depan. Karena Grace terlihat menengok dari jendela kamar di samping rumahnya. Memang dari jendela itu mereka bisa terlihat jelas oleh Grace. Karena seperti biasa, jika mereka mengajak Grace untuk bermainpun sering berteriak memanggil dari depan rumah atau Jendela kamar Grace.
Grace bergegas berjalan dari kamar dan menuju pintu rumahnya yang terbuat dari kayu. Pintu itu tidak ditutup karena itu adalah pintu untuk pelanggan di warung makan yang sekaligus tempat tinggal Grace. Jhony dan kedua temannya tersenyum ketika Grace sudah berdiri di pintu itu.
Ibunya Grace mengetahui kedatangan mereka. Kemudian  menyuruh Grace agar mengajak temannya masuk. Grace sepertinya merasa bingung, karena tidak seperti biasa kali ini teman-temannya datang membawa bingkisan. Grace kemudian berjalan masuk ke dalam rumah, setelah memberi isyarat kepada temannya untuk masuk mengikuti Grace.
“Mama, kami membawa ini untuk Mama dan Grace”
Jhony dan kedua temannya berkata sambil memberikan bungkusan yang mereka bawa masing-masing. Ibu Grace terlihat mengernyitkan dahi karena merasa aneh dengan sikap anak-anak itu. Memang baru kali ini mereka datang dan membawa bingkisan. Sementara itu, Grace menerima salah satu bingkisan yang di bawa Jhony.
“Kami cemas mama, karena Grace jadi pendiam. Kami kira Grace sedang sakit, atau mama yang sakit”
“Hmmm…”
Ibunya Grace tidak tidak segara menjawab. Dengan isyarat dia menyuruh Grace untuk mendekat. Kemudian Grace berpindah dari tempat duduknya, bangku panjang yang semula diduduki Grace kini ditempati ketiga temannya. Grace kini dipeluk ibunya dari belakang. Ibu Grace yang duduk dikursi itu kini menatap kepada ketiga anak yang sudah duduk berjajar itu. Kini Grace diangkat kepangkuan ibunya, mereka sama-sama menghadap ke arah anak-anak itu.
“Grace sekarang memang sedang bersedih…”
“Kenapa, mama?”
Hampir serempak anak-anak itu bertanya. Mereka kaget karena Grace memang jarang terlihat bersedih. Satu hal yang membaut Grace sedih hanya ketika ibunya sakit saja. Tapi pada saat itu, Grace memang tidak banyak bicara. Anak-anak itu menatap ke arah Grace, kemudian menatap ke arah ibunya dengan penasaran.
“Sejak beberapa minggu lalu, banyak yang mampir ke warung kami. Mereka adalah para penambang emas. Di pulau kita ini memang baru saja ditemukan tambang emas. Makanya Grace jadi bersedih”
“Lho kenapa bersedih, kalo ada tambang emas berarti kita akan kaya”
David memotong pembicaraan dengan wajahnya yang penuh pertanyaan. Sementara itu Grace terlihat menggelengkan kepala, dia tidak setuju dengan perkataan David. Grace kemudian berkata perlahan.
Tambang emas itu justru musibah. Kemarin saja ada orang dengan banyak luka datang kesini minta diobati, karena perkelahian di tambang memperebutkan lahan galiannya. Selain itu, kata tetangga yang pernah kesana, pepohonan banyak yang rusak. Tambang itu memang membawa petaka saja
Grace berhenti berkata, anak-anak itu manggut-manggut pertanda mengerti apa yang dikatakan Grace. Ibunya Gace membelai rambutnya  sambil bersiap menambahkan perkataan anak satusatunya itu.
Tambang itu sekarang sudah ditutup paksa oleh pemerintah. Dan akan menunggu investor untuk membiayai penambangan. Dengan Biaya besar dari investor itu, nanti pastinya kerusakan akan lebih besar lagi. Itulah yang membuat Grace semakin sedih
“Oooh, begitu ya. Berarti nanti akan sama seperti yang terjadi di kampung tete aku di Papua ya?”
Jhony yang asli keturunan dari Papua itu berkata. Dia sepertinya faham betul dengan apa yang terjadi pada kakeknya waktu di Papua. Keluarganya memang sengaja pindah dari Papua. Karena merasa tidak nyaman dengan keberadaan Tambang milik Freeport itu.
***
Terinspirasi dari penemuan tambang emas di Kabupaten Buru Maluku Utara. Fiksi ini saya persembahkan Untuk Grace dan warga Maluku Utara. Semoga tambang itu tidak memberikan dampak yang negatif, teman. Amiiiiiin….

No comments:

Post a Comment